Teori dan Penjelasan Alur Cerita Siksa Kubur

Michael Kevin
|
detikPop
Cuplikan adegan film Siksa Kubur.
Poster film Siksa Kubur. Dok. Rapi Film
Jakarta - Siksa Kubur menjadi pencapaian tertinggi dari Joko Anwar dalam bereksperimen dalam penceritaannya. Bukan hanya kepada filmnya Joko Anwar, film ini juga menjadi inovasi dalam segi penceritaan sinema Indonesia.

Film ini mencoba bereksperimentasi dalam berbagai hal seperti dengan konsep horor religi pertama sang sineas, pemilihan musik dan skoring yang detail, dan yang paling terasa adalah plot cerita juga alur dalam filmnya.

Biasanya mayoritas film tanah air bermain aman dengan penggambaran realis dan alur maju yang straight to the point namun, di film kali ini plot berperan penting untuk mengacak-acak penceritaan yang menciptakan kesan surealis.

Hal ini tentu menjadi pembaharu yang membuat penonton Indonesia perlu beradaptasi dalam cara menonton film. Alih-alih menyiapkan diri untuk ketakutan, Siksa Kubur menawarkan perjalanan psikologis mendalam ke benak para penontonnya.

Karena itu plot dan ending dari film ini dikesan memberikan penyelesaian masing-masing kepada para penontonnya dengan satu tujuan "percaya".

Dalam artikel kali ini akan membahas teori dan penjelasan Siksa Kubur bagaimana pandangan penonton dalam merespon penceritaan yang disuguhkan oleh Siksa Kubur yang mungkin beberapa orang masih kebingungan dalam mencerna filmnya.

Berikut adalah teori dan penjelasan bagaimana film ini menuntun penonton untuk percaya:

Spoiler alert! Berita ini mengandung spoiler, abaikan jika Kamu belum menyaksikan filmnya

1. Hampir Setengah Durasi Film adalah Visualisasi Siksa Kubur

Visual penyiksaan dalam kubur secara gamblang ditampilkan di menit-menit akhir dalam filmnya namun, sebenarnya siksa kubur telah dimulai sejak 1 jam pertamanya.

Clue ini terdengar dari pernyataan Pak Wahyu yaitu siksa kubur tak berwujud fisik namun berasal dari ketakutan paling besar seseorang di dalam hidupnya. Sita sebagai karakter utama punya ketakutan terbesar bahwa di saat ia percaya bahwa agama itu salah ternyata orang-orang membuktikan bahwa siksa kubur benar adanya.

Hal ini ditandai semenjak kejadian pertama Sita masuk ke dalam kubur. Dari situlah Sita dan Adil mengalami siksa kuburnya. Muncul berbagai kejadian aneh ke Sita seperti kematian Bu Nani, teman perawatnya yang menusuk dirinya, dihantui Pak Wahyu, juga masuk ke dalam terowongan dekat santrinya.

Sementara Adil dihantui rasa ketakutannya kepada mayat-mayat yang berusaha "merundungnya" di saat memandikan jenazah. Hal ini juga dikuatkan dengan adanya perbedaan skoring seperti denyut jantung yang intens sesaat Sita keluar dari dalam kuburnya. Karena sedari awal, Sita telah mati saat dikuburkan hidup-hidup dan Adil tak bisa menolong seperti di penjelasan berikutnya.

2. Sita Sudah Mati Saat Dikubur Hidup-Hidup, Adil Mati Dipatok Ular

Dalam act pertama saat Sita dikubur terasa biasa-biasa saja. Sita tidak melihat ada siksa kubur terhadap mayat Pak Wahyu dan Adil berhasil menggali kembali kuburan untuk mengangkat Sita.

Namun seperti dari penjelasan sebelumnya, hal ini merupakan bentuk halusinasi Sita dan Adil karena sebenarnya mereka telah mati. Mereka tidak bisa membandingkan realita dan alam kubur karena hal itu adalah bentuk dari siksa kubur.

Teori ini diperkuat disaat scene ritual yang dimana jelas dikatakan bahwa melihat tak perlu mata hanya perlu percaya. Yang dimana menjelaskan semakin banyak Sita tidak percaya ia akan semakin disiksa dengan kesurealisan dunia di siksa kuburnya yang memunculkan teror yang aneh aneh di setiap menitnya.

Hal ini kembali diperkuat disaat Sita sadar ternyata beberapa scene sebelumnya hanyalah halusinasinya yang ternyata ia masih di dalam kubur. Namun bukan berartu saat ia melihat Pak Wahyu ia sudah berada di dalam realita, melainkan penyiksaan Pak Wahyu adalah puncak akhir dari bentuk siksa kubur yang dialami Sita.

Detail terakhir yang ditampilkan adalah disaat Sita berhasil keluar dibantu oleh Adil. Adil terlihat bengkak di area mata dan lehernya yang mengindikasikan ia dipatok oleh ular yang lewat di sekitarnya. Disaat mereka berjalan tertatih-tatih terdapat suara voice over mengatakan "man rabbuka" yang berarti kini mereka telah memasuki fase kematian di saat Sita dan Adil ditanyai oleh malaikat.

3. Kematian Karakter Sepanjang Film Tidak Nyata

Di pertengahan durasinya, banyak scene gore yang menyeramkan yang dialami oleh Sita. Meninggalnya Bu Nani setelah wajahnya ditarik oleh mesin cuci, penghuni panti yang menggila, temannya yang bunuh diri berkali-kali, masuk ke terowongan, masuk ke toko ayah ibunya merupakan bentuk siksa kubur secara psikologis yang dialami oleh Sita.

Hal ini didukung oleh pernyataan Pak Wahyu sebelumnya, dan juga didukung pernyataan di saat kekurangan oksigen manusia mulai berhalusinasi. Sementara Adil mendapat siksa kubur dihantui oleh mayat-mayat yang pernah ia mandikan.

Merujuk dari perkataan Pak Wahyu, siksa kubur tak selalu mengincar fisik manusia, karena fisik manusia telah mati disaat kematian. Untuk itulah film ini menerjemahkan bagaimana seorang roh manusia yang meninggal masih bisa disiksa sesuai dengan perbuatannya semasa hidup walau raganya telah mati.

Hal ini lah yang membawa konteks utama di film ini bahwa manusia harus percaya akan adanya siksa kubur dan segera memperbaiki perlakuannya di dunia.

Detail ini ditunjukkan di akhir film dimana terlihat seseorang dengan cincin angsa menyetel ulang video sebelum kematian Pak Wahyu. Bisa dipastikan bahwa orang tersebut adalah Bu Nani yang dimana ia masih hidup.

Jadi segala kematian yang terjadi setelah scene pertama Sita masuk kedalam kubur merupakan scene penyiksaan kubur Sita, bukan yang terjadi di dunia nyata. Nampaknya panti tempat para manula masih terkesan baik-baik saja di realitanya tak seperti yang ada di dalam siksa kuburnya Sita.

4. Konteks Film Siksa Kubur

Pada akhirnya film ini menyajikan film horor psikologi yang didasarkan terhadap suatu kepercayaan. Percaya atau tidak semuanya dilimpahkan kepada penonton namun kita sebagai manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi nantinya di hari akhir.

Film ini berhasil menggiring kepercayaan dengan cara tidak mengungkapkan dengan gamblang, melainkan mengalir lambat seiring berjalannya cerita.

Untuk itulah penggunaan Slow Phase diterapkan di filmnya bukan hanya semerta-merta untuk mengenalkan karakter, melainkan memberi ruang kepada penonton untuk terus berpikir dan merefleksikan dirinya dengan mengaitkan pengalaman hidupnya bersama dengan penceritaan filmnya.

Dari sinilah Siksa Kubur menjadi film horor surealis yang formatnya terkesan baru dalam perfilman Indonesia. Sudah saatnya para penonton tak hanya disuguhi cerita yang langsung terarah, melainkan penonton harus bisa memahami apa isi dari cerita film ini terhadap kehidupannya masing-masing. Dan akhirnya penonton pun "percaya" sama seperti konteks utama dalam film ini.



Simak Video "Kata Penonton soal 'Siksa Kubur': Bukan Horor Konvensional-Bikin Ingat Salat"
[Gambas:Video 20detik]

Halaman Selanjutnya

Teori dan Penjelasan Alur Cerita Siksa Kubur




TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO