Memahami Sisi Kemanusiaan Lewat Parasyte: The Grey

Sebagian besar jalan ceritanya hampir sama dengan cerita originalnya dengan karakter utama Shinichi Izumi. Karakter utama di spin off ini sama seorang varian yang tubuhnya gagal dikuasai sepenuhnya oleh parasit sama seperti Shinichi.
Hal yang berbeda dalam series ini adalah bentuk pengemasannya. Sebagaimana diketahui bahwa biasanya film adaptasi Jepang mengangkat sisi aksi dan pertempuran heroik dari karakternya, series ini berusaha mengangkat sisi dramatik yang terjadi antara Su-In sebagai inang bersama parasitnya Heidi.
Baca juga: Sinopsis Queen of Tears Episode 11 |
Konsep ini juga dilatar belakangi dengan formula series Korea yang biasanya drakor mengedepankan aspek drama setiap karakternya dibanding dengan peradeganan yang masif.
Sama seperti cerita originalnya, Heidi sebagai parasit juga belajar arti tentang kehidupan inangnya selama perjalanannya di sepanjang series. Bedanya Migi di cerita original dapat berkomunikasi langsung dengan inangnya sedangkan Heidi tidak bisa.
Keputusan ini dinilai bertujuan untuk menambah sisi dramatis kepada Heidi. Di saat ia tertidur, ia melihat dunia dari mata Su-In yang selalu berjuang atas kehidupan yang keras.
![]() |
Konflik selalu datang bertubi-tubi ke arah Su-In sebagai karakter utamanya namun, karakter Su-In didesain sebagai orang yang tegar dan pantang menyerah. Hal ini membantu adanya pengembangan karakter kepada Heidi yang akhirnya belajar memahami manusia secara perlahan.
Terlihat dalam scene dimana Su-In berinteraksi dengan Heidi secara langsung di dalam pikirannya, Heidi terlihat berkembang dalam pemikirannya. Tak seperti parasit brutal pada umumnya, ia lebih memahami kehidupan manusia dan menyentuh Su-In untuk tetap semangat.
Di scene ini terdapat banyak pesan moral di dalamnya. Mulai dari berbagai dialog yang disampaikan oleh Heidi sampai visual-visual yang memperlihatkan memori masa lalu dari Su-In.
Di akhir seriesnya juga diperlihatkan bahwa akhirnya tak ada lagi batasan antar parasit dengan manusia. Manusia yang harusnya di sisi protagonis malah membantu parasit, dan juga parasit yang harusnya di sisi antagonis malah membantu kemanusiaan.
Pada akhirnya series ini memberi poin objektifitas manusia dalam berpikir secara kemanusiaan. Baik dan buruk terkesan bias karena tak ada penentu mana yang benar dan salah.
Parasyte: The Grey mengajarkan bahwasannya manusia selalu berada di titik dimana mereka akan selalu bertahan hidup dalam kondisi apapun. Bahkan dalam situasi terdesak manusia akan selalu memperjuangkan nyawanya.
Dari sini lah sisi kemanusiaan diuji jikalau nanti akan terjadi kondisi seperti wabah parasit, manakah yang akan manusia pilih. Apakah bertahan hidup dengan mengorbankan sisi kemanusiaannya, atau mengedepankan sisi kemanusiaannya dan merelakan nyawanya.
Namun selayaknya film aksi pahlawan, sang karakter utama dibuat seakan manusia masih punya pilihan terbaik dimana manusia dapat terus bertahan hidup tanpa mengorbankan sisi kemanusiaannya.
Series ini berhasil memberikan refleksi kepada para penontonnya tak hanya untuk melihat pertempuran para parasit saja.
(ass/ass)