Indonesia Segera Bangun Museum Syaikh Yusuf Al Makassari di Cape Town

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Kementerian Kebudayaan
Foto: Tia Agnes/ detikcom
Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan RI akan membangun Museum Syaikh Yusuf Al Makassari di Cape Town, Afrika Selatan. Rencana yang sudah dibicarakan antar dua negara itu sudah dipikirkan secara matang.

Rencana itu diungkapkan Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, usai taklimat media peringatan 400 Tahun Syaikh Yusuf Al Makassari, hari ini.

"Tanahnya sudah ada merupakan wakaf dari diaspora di sana, kurang lebih seluas 2.000 meter persegi. Itu persis di depan makam Syaikh Yusuf," ungkapnya di Kementerian Kebudayaan, Selasa (23/12/2025).

Menurut Fadli Zon, rencana itu tinggal desain dan konsepnya yang bakal digodok lagi. "Dulu pernah ada wacana mau bikin miniatur Istana di era Pak SBY tapi saya rasa agak repot untuk direalisasikan karena bahannya dari kayu semuanya. Kayu dari Indonesia maintance agak sulit ya," ungkapnya.

Dia pun mengungkapkan rencananya lebih detail kalau desainnya bakal bergaya fusion.

"Mungkin nanti arsitektur fusion antara Sulawesi Selatan dan Afrika Selatan. Gabungan itulah, sedang kami garap," sambung Fadli Zon.

Sejak tahun lalu, Indonesia telah mengusulkan peringatan 400 tahun kelahiran Syaikh Yusuf Al-Makassari sebagai bagian resmi dari UNESCO Anniversary tahun depan.

"Indonesia telah mengirimkan surat kepada UNESCO, dan pada Sidang Umum UNESCO ke-43 tahun 2025, usulan penetapan peringatan 400 tahun Syekh Yusuf Al-Makassari sebagai bagian dari UNESCO Anniversary telah disahkan," kata Fadli Zon.

Syaikh Yusuf dikenal sebagai ulama besar asal Makassar yang diasingkan oleh VOC Belanda di abad ke-17. Di Cape Town, ia menyebarkan agama Islam sampai memunculkan komunitas Melayu Cape town.

Gak cuma seorang ulama dan pejuang, namun ia juga dikenal sbagai seorang pengarang. Keponakan dari Raja Gowa, Sultan Alauddin, raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam pada 1603, karya-karya tulisnya disimpan di Perpustakaan Nasional RI sebagai naskah kuno.

Filolog Perpustakaan Nasional, Aditya Gunawan, cerita pihaknya telah mengusulkan memory of the world dari naskah Syaikh Yusuf dalam kolaborasi bersama dengan Universitas Leiden, Belanda. Di Perpusnas ada 3 naskah, dan 5 tersimpan di Leiden.

"Ada 8 naskah yang diusulkan, 3 dari Perpustakaan Nasional dan 5 dari Leiden. Proses mengusulkan ini sangat lancar, dan ini bukan cuma merayakan karyanya saja tapi juga sebagai sarana diplomasi. Kami mengobrol intensif juga dengan Srilanka, dan komunitas masyarakat Melayu Afrika Selatan, dan juga Kementerian Kebudayaan di sana. Kami menginventarisir ternyata naskahnya juga ada di Iran, Amerika Serikat, dan juga Jerman," ungkap Aditya dalam paparannya.

"Beliau sebagai seorang pengarang dan juga penyalin, dan ini dikembangkan ke konteks diplomasi kebudayaan," tukasnya.


(tia/pus)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO