Rahayu Retnaningrum Sentil Isu Lingkungan Lewat Karya Seni

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Seniman Rahayu Retnaningrum
Foto: Dok.Rahayu Retnaningrum/ Instagram
Jakarta - Sejak 1992, isu lingkungan jadi permasalahan global dan terus menguat. Mulai dari pemanasan global hingga kerusakan lingkungan, isu itu merajalela dan mulai dibicarakan di berbagai bidang, salah satunya ranah seni.

Rahayu Retnaningrum seniman asal Jakarta eksis mengkritisi isu lingkungan dan terangkum dalam dua lukisan yakni Feathered Ballerina & The Unseen Voice yang tengah dipamerkan di Artotel Living World Kota Wisata, Cibubur hingga Desember 2025.

"Lukisan-lukisan itu lahir dari kegelisahan saya terhadap pemanasan global, krisis yang menyebabkan naiknya suhu bumi, gangguan ekosistem dan kehidupan satwa, mencairnya es, dan gletser di kutub, naiknya permukaan air laut, hingga krisis air bersih," katanya saat diwawancarai redaksi detikcom, Rabu (15/10).

Krisis lingkungan itulah buat perempuan yang akrab disapa Rey bukan menampilkan wajah bumi yang gelap dan menakutkan. Tapi ia menghadirkan lewat bayangan sebuah utopia.

"Saya tidak ingin memperlihatkan bumi dalam distopia yang lebih mengerikan dari apa yang sudah kita alami hari ini tapi saya membayangkan sebuah dunia utopis," terangnya.

Menurut Rey, utopis itu adalah dunia yang tak terbatas, tak terhingga, dan penuh keseimbangan. Ia memadukan antara unsur-unsur geometris berpadu dengan elemen-elemen alam, menciptakan ruang yang selaras.

"Saya ingin menghadirkan suasana tenang dan damai, dengan warna-warna cerah dan hidup sebagai simbol optimisme dan keharmonisan," katanya.

Sepanjang karier seni lukisnya, Rey juga gak pernah menampilkan figur manusia. Ia sengaja menghilang obyek tersebut karena cuma ingin menampilkan potret alam tanpa manusia sebagai pusatnya.

"Dalam dunia ini, hewan dan tumbuhan bersinergi, mengambil peran utama dalam menjaga keseimbangan dan keberlangsungan hidup," sambungnya.

Dalam lukisan The Unseen Voice (2024), Rey membayangkan bulan turun ke bumi dan bertemu seekor burung bangau di tempat sunyi. Mereka saling berbagi kecemasan tentang bumi yang gak lagi nyaman.

Rey ingin menyampaikan suara bahwa alam sebenarnya sedang bersuara. Sama halnya dengan lukisan Feathered Ballerina (2024). Rey menelisik orang mengekspresikan diri lewat gerakan tubuh dan terus hidup.

"Dalam karya ini, saya menggambarkan seekor burung bangau yang menari di bawah sinar bulan dan bintang. Bangau menari sebagai bentuk doa, dengan penuh ketulusan dan harapan. Tarian itu menjadi ritual yang sakral, sebuah cara untuk menyatu dengan alam dan Sang Pencipta," tukasnya.

Rahayu Retnaningrum adalah lulusan Seni Rupa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB). Karyanya mengeksplorasi hubungan antara arsitektur urban dan alam melalui bentuk-bentuk geometris, warna-warna cerah, dan komposisi berlapis, menciptakan ruang kontemplatif yang menyerupai mimpi.

Ia telah menggelar pameran tunggal, termasuk Tension Attention di Artsphere Gallery, Jakarta, Indonesia (2023) dan Space of Consciousness di Urban Art Fair, Carreau du Temple, Paris, Prancis (2025).


(tia/tia)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO