Terra Nexus Tampilkan 30 Seniman Indonesia-Mancanegara di Art & Bali 2025

Di ajang Art & Bali 2025, pameran seni Terra Nexus dikurator oleh Mona Liem. Perempuan asal Indonesia yang tinggal lama di Swiss itu cerita, jika biasanya pameran new media art tentang sains, inovasi, dan teknologi, di Terra Nexus nantinya gak melulu gebyar soal teknologi.
"Kami juga ingin menjadi tempat buat pengalaman holistik. Gak semua seniman memakai medium Artificial Inttelegence (AI) saja tapi ada juga yang melakukan riset mendalam," sambungnya.
Mona Liem cerita ada seniman yang nampilkan sound art dengan sambal, namun di Art & Bali 2025 bakal menghadirkan buah-buahan dengan suaranya.
"Karena 322 resep sambal dari seluruh Indonesia. Saya pernah bawa karya sound art ini ke Austria, banyak yang excited karena sambal ya. I do hope hal-hal baru ini semoga akan lebih dikenal ke luar Indonesia dan berjaya ke negara sendiri," terang Mona Liem.
30 seniman yang berpartisipasi di antaranya ada Alodia Yap, Awang Behartawan, Budi Ubrux, Dadi Setiyadi, Dhanny "danot" Sanjaya, Dr. Justyna Gorowska, Goenawan Mohamad (GM), Heri Dono, Iroha Ozaki, Ivan Sagita, Jana Schafroth, MIVUBI, Mukhamad Aji Prasetyo, Nasirun, Notanlab, Nus Salomo, Popomangun, Rakhmi Fitriani (Lunang Lembayung), Roger Ng Wei Lun, Satya Cipta, Sekar Puti Sidhiawati, Tulola Jewelry (by Sri Luce-Rusna, Happy Salma and Franka Makarim), Utami A. Ishii, Valerio Vincenzo, Widi Pangestu, Wisnu Ajitama, dan Yessiow.
Ada juga karya pemenang dan partisipan J+ Art Awards yakni Geddi Jaddi Membummi, I Made Teler, dan Susur Galur Collective.
"Bagi beberapa seniman ini, ini adalah pertemuan pertama mereka dengan media baru. Ini adalah laboratorium untuk bereksperimen dan kesempatan untuk melihat bagaimana praktik kontemporer tradisional berintegrasi bersama ruang digital," tegasnya.
Lewat Terra (bumi) Nexus (koneksi), eksibisi ini ingin menggaet dan menjembatani keresahaan dan masalah yang diperbincangkan di masa kini.
"Seni itu gak cuma punya nilai satu, atau dibeli, seni yang harus menyuarakan feminisme. Seni itu bisa dari hati nurani dan kerasahan dari para seniman yang disampaikan ke publik," tukasnya.
Gelaran perdana Art & Bali 2025 digelar pada 12-15 September 2025 di Nuanu Creative City, Tabanan, Bali.
(tia/pus)