Perjuangan Putu Wijaya Eksis di Dunia Teater Indonesia

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Pendiri Teater Mandiri Putu Wijaya saat ditemui jumpa pers lakon ADUH di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Rabu (19/2/2025).
Putu Wijaya saat ditemui redaksi detikpop di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, pada Rabu (19/2/2025). Foto: Tia Agnes/ detikcom
Jakarta - Putu Wijaya bukan sembarang nama. Dia dikenal sebagai seorang sastrawan serbabisa yang juga pendiri Teater Mandiri.

Pria asal Tabanan, Bali, yang bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya mulai terjun ke dunia teater ketika duduk di bangku SMA. Dia memainkan drama dan menyutradarai kelompok yang didirikannya di Yogyakarta.

Ketika ditemui di kompleks Taman Ismail Marzuki, kemarin, Putu Wijaya cerita pertama kali main teater di SMA. Saat itu, kondisi seni pertunjukan di Indonesia sangat miris, nggak ada gedung pertunjukan, pemain minim, dan alat artistik seadanya.

"Saya mulai menulis drama teater di Yogyakarta, ada banyak aturan harus begini begitu. Pas pindah ke Jakarta, saya tiba-tiba merasa harus melihat apa yang ada di dalam hati saya," terang Putu Wijaya.

Pada 1967 sampai 1969, Putu Wijaya bergabung dengan Bengkel Teater lalu main juga di Teater Kecil Jakarta. Dia sempat main satu kali bersama Teater Populer.

Pada 1971, Teater Mandiri berdiri dan mengusung formula Bertolak dari Yang Ada. Konsep Teror Mental juga digaungkannya kepada anggota Teater Mandiri.

"Naskah saya (lakon ADUH) nggak ada nama-namanya, dialog hanya disebutkan seseorang. Karena saya sutradara juga, saya ingin membagikan dialog menurut caranya sendiri," sambung Putu.

Usai mementaskan ADUH di tahun tersebut, Putu Wijaya menyebutkan sosok sutradara terbesar Teguh Karya pada masanya, merasa terkesan. "Teguh Karya senang, karena sangat berbeda dengan lain-lainnya. (Cuma main) 6 sampai 7 orang memainkan keributannya," tegasnya.

Formula Bertolak dari Yang Ada dan Teror Mental, dianggap Putu Wijaya sebagai metode sekaligus formula baginya untuk berteater.

"Konsep Bertolak dari Yang Ada, adalah upaya untuk menjelaskan meskipun apa yang ada, bukan yang kita inginkan. Apa yang ingin kita buat, jangan sampai terganggu oleh ketidakberadaan, itulah Bertolak dari Yang Ada," terang Putu.

Jika sebuah kelompok teater, minim dana dan segala bahan untuk membuat pertunjukan, kekurangan itu jangan sampai menghalangi.

"Sebagaimana yang saya katakan. Itu pemberian bekal pada mental anak-anak muda teater. Teater itu bukan pembelajaran untuk berpura-pura, tapi bersungguh-sungguh memprihatinkan kenyataan, realita lalu menafsirkannya, Mempersembahkan pada masyarakat," tukasnya.

Putu Wijaya sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga telah menulis skenario film dan sinetron. Sebagai seorang dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri.

Di antaranya mementaskan naskah Gerr (Geez), dan Aum (Roar) di Madison, Connecticut dan di LaMaMa, New York City, dan pada 1991 membawa Teater Mandiri dengan pertunjukkan Yel keliling Amerika.


(tia/wes)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO