Teater Populer Kritik Demokrasi hingga Pagar Laut di Lakon Dag Dig Dug

Lama vakum tak manggung, Teater Populer kembali unjuk gigi dengan lakon yang ditulis oleh pendiri Teater Mandiri Putu Wijaya dan pernah dipentaskan pada 1977 silam.
Dag Dig Dug memotret cerita sepasang suami-istri yang mengelola rumah besarnya jadi kos-kosan bahkan mengangkat salah satu penghuninya, Chaerul Umam, jadi anak angkat. Tragisnya, aktivis itu mati tertabrak mobil.
Rekan Chaerul Umam, Giarno dan Giarto, pun mengunjungi rumah Bapak dan Ibu lalu memberikan uang duka. Konflik berlanjut karena setiap karakter punya rahasia masing-masing soal uang tersebut.
Sepanjang durasi dua jam pementasan, isu sosial politik yang ada di Indonesia dan kontekstual dengan masa kini. Baru 5 menit dibuka, Slamet Rahardjo sudah nyindir kondisi Pilkada yang lalu.
"Saat pilkada kemarin, pilih siapa hayo? Pasti sekarang deg-degan ya," katanya dari atas panggung.
![]() |
Di momen obrolan antara Giarno dan Giarto bersama Bapak dan Ibu, isu demokrasi, penindasan terhadap rakyat kecil sampai Patwal yang lagi heboh juga disentil. Lebih spektakuler lagi, ketika Slamet dan Niniek L Karim bersama para pelakon yang sibuk bawa pasir, semen, sampai bambu.
"Itu kamu bawa bambu buat apa?" tanya Slamet.
"Buat pagar laut, Pak," jawab salah satu pelakon yang sambut tepuk tangan meriah.
Baca juga: Drama Lawas Dag Dig Dug Kembali Dipentaskan |
Sindiran soal pagar laut juga masuk ke dalam naskah sampai dua kali dengan lokasi di Tangerang. Sentilan soal korupsi semen turut disentil.
Kritik Sosial dan Tak Lekang Zaman
Menurut sutradara dan pemain utama Dag Dig Dug, Slamet Rahardjo, naskah ini masih kontekstual dengan masa sekarang.
"Putu Wijaya itu senang sekali ngulik-ngulik masalah kecil, sehingga dibicarakan jadi membesar. Aku suka (naskah ini), masalah kecil jadi membesar karena imajinasinya Putu Wijaya. Tidak ada jalan bagi saya, mengembalikan bentuk ideal seorang Chaerul Umam," ungkap Slamet usai gladi resik di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Jumat malam (24/1/2025).
Hal yang sama juga diungkap oleh Niniek L Karim. Aktris yang juga pernah memainkan Dag Dig Dug hampir lima dekade yang lalu, memuji naskah yang ditulis oleh Putu Wijaya.
"Putu Wijaya memang luar biasa sekali, sangat halus dalam kritik sosial. Gus Dur mengatakan seni pertunjukan jadi kontrol masyarakat," terangnya.
"Sangat lembut dalam mengkritik sosial, diolah dengan baik oleh Slamet," tukas Slamet.
(tia/dar)