Festival Alek Mandeh Jadi Perayaan Menghidupkan Tradisi Matrilineal

Mengusung tema Menggantang Ambang: Matrilineal Minangkabau, festival ini kembali hidupkan tradisi antar lintas generasi. Tradisi matrilineal sudah dapat pengakuan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sejak 2013 dan Perkampungan Adat Nagari Sijunjung ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional di 2017.
Kurator Festival Alek Mandeh, Dede Pramayoza mengatakan budaya tradisional ini digelar dengan pendekatan kontemporer.
"Kami mengemas program seperti Klinik Kritik Budaya untuk membangun literasi baru dan memperkenalkan budaya kritik kepada masyarakat Minangkabau, terutama terkait peran perempuan dalam budaya matrilineal," jelas Dede dalam keterangan yang diterima.
Festival yang digelar pertama kalinya untuk menumbuhkan literasi baru dalam masyarakat Minangkabau. Peserta yang dikut diseleksi dan menulis peristiwa selama Alek Mandeh 2024 berlangsung.
Ada Sal Murgiyanto sebagai peneliti seni pertunjukan dan Feriyal Aslam dari penelitian gender dan budaya matrilineal.
Festival ini gak hanya memperlihatkan kebanggaan masyarakat Minangkabau terhadap budaya mereka. Tapi juga membuka dialog lintas generasi untuk melestarikan sistem kekerabatan matrilineal sebagai aset budaya dunia seperti tradisi Arak Iriang Bakaua Adat, pentas teater Sandiwara Baru Renteng Langsai, pentas tari Koreaografi Vernakular rantak Nagari Parampuan, screening film layar matrilineal yang menampilkan film dokumenter dan fiksi karya Sienas Sumatera Barat yakni film Amak, Gadih Basanai, dan Salisiah Adaik.
Ada juga karya seni instalasi Nostalgia hasil kolaborasi tiga seniman perempuan, Maharani Mancanagara, Haiza Putti, dan Sisca Aprisia.
Festival Alek Mandeh merupakan satu dari 12 rangkaian kegiatan festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batanghari.
(tia/tia)