Melihat Penjajahan Israel di Palestina Lewat 'Detail Kecil'

Rakhmad Hidayatulloh Permana
|
detikPop
Novel Detail Kecil Karya Penulis Palestina Adania Sibli.
Novel Detail Kecil karya Adania Shibli yang diterjemahkan oleh Bentang Pustaka (Mizan Group). Foto: Courtesy of Bentang Pustaka/ Mizan Group
Jakarta -

Judul Buku: Detail Kecil (Tafṣīl Ṯānawī); Penulis: Adania Shibli; Penerjemah: Zulfah Nur Alimah; Penerbit: Bentang Pustaka (Cetakan Pertama, Oktober 2024); Tebal: 128 hal.

Kecamuk perang yang terjadi di Gaza, Palestina hingga hari ini belum juga usai. Israel masih terus saja melancarkan serangannya. Lalu, bagaimana cara kita untuk melihat perang yang tak berkesudahan ini?

Agaknya novel tipis berjudul Minor Detail karya Adania Shibli bisa menjadi jalan masuk untuk melihat bagaimana Israel melakukan penjajahan. Novel ini pernah menjadi perbincangan dunia pada tahun 2023 lalu. Sebab, saat itu Adania mestinya meraih penghargaan LiBeraturpreis untuk novelnya tersebut. Namun dibatalkan secara sepihak oleh Frankfurt Book Fair setelah pernyataan sikap mereka yang pro-Israel.

Adapun Adania Shibli juga bukan penulis sembarangan. Selain sebagai penulis, ia juga pernah menjadi profesor tamu Friedrich Dürrenmatt untuk Sastra Dunia di Universitas Bern, Swiss pada 2021.

Nah, beruntungnya novel ini juga sudah tersedia dalam terjemahan bahasa Indonesia. Bahkan, langsung diterjemahkan dari bahasa Arab--judul aslinya Tafṣīl Ṯānawī--oleh Zulfah Nur Alimah menjadi Detail Kecil.

***

Novel ini dibagi menjadi dua bagian dengan latar waktu berbeda. Bagian pertama, memakai setting waktu 1949 atau setahun setelah tragedi Nakba. Sudut pandang kisahnya berpusar pada tentara Israel yang tengah menyisir wilayah Negev. Saat itu, wilayah ini masih menjadi permukiman warga Arab Badui.

Di sana, kita diajak menengok keseharian para tentara yang tengah melakukan patroli militer. Namun, yang paling pedih, kita diajak untuk mengintip kejahatan pemerkosaan yang dilakukan oleh para tentara Israel pada seorang gadis Badui tanpa identitas.

Sedangkan pada bagian kedua, novel ini memakai sudut pandang seorang pegawai Palestina yang tinggal di Ramallah. Setting waktunya berpuluh tahun kemudian setelah tragedi pemerkosaan tersebut. Bagian kedua secara khusus memperlihatkan ketimpangan hidup antara warga Palestina dan Israel. Pembaca juga diajak untuk melakukan napak tilas terhadap kisah si gadis badui, yang selama ini hanya dianggap sebagai detail kecil yang kerap disepelekan.

***

Meskipun tipis, Adania Shibli menulis Detail Kecil dengan sangat intens. Plotnya menarik dan rapi. Narasinya pun sangat indah. Beberapa bagian kalimat begitu puitis. Bisa dibilang sangat sastrawi. Oleh karena itu, novel ini cocok buat kamu yang ingin memperbaiki kemampuan memusatkan perhatian(konsentrasi) atau attention span.

Dengan gaya bertutur yang begitu intens, kita seakan diajak memasuki sudut pandang si tokoh. Misal saat bercerita soal komandan tentara Israel, kita seperti ikut masuk ke dalam cerita. Seperti judulnya, Adania begitu peduli dengan detail kecil. Kita bisa melihat sang tentara bangun tidur, memakai seragam hingga mengolesi luka gigitan hewan dengan salep. Rasanya pembaca tidak berjarak dengan sang tokoh antagonis ini.

Selain itu, metafora lolongan anjing yang meliputi setiap kejadian kekerasan terhadap gadis badui merupakan gambaran ketidaksetaraan. Kritik atas laku tidak berperikemanusiaan disampaikan dengan metafora yang halus, tapi tajam.

Bagian menarik lainnya juga tampak saat kehidupan pegawai Palestina dikisahkan. Setiap hari, hidupnya selalu diliputi was-was karena gedung yang tiba-tiba meledak. Namun, ada yang lebih fokus pada debu-debu puing bangunan ketimbang korban tewas akibat serangan tersebut. Kematian seolah detail kecil yang diabaikan.

Kemudian ketika si pegawai Pelestina ini melakukan perjalanan ke Israel, kontras kehidupan mereka begitu jelas. Warga Palestina yang harus berhemat air, tetapi di sisi lain warga Israel mendapat debit air yang tak berbatas. Perbandingannya, debit yang dipakai sekali mandi di Israel, bisa setara dengan debit air untuk hidup seminggu di Palestina.

Dengan segala keunggulannya, maka tak mengherankan bila novel meraih nominasi penghargaaan bergengsi sastra dunia. Buat kamu yang penasaran atas apa yang terjadi di Palestina, buku ini merupakan panduan yang menarik sekaligus memilukan.

Rakhmad Hidayatulloh Permana, wartawan detikcom dan pegiat detikcom Bookclub.




(rdp/tia)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO