Mempertanyakan Nasib Pekan Kebudayaan Nasional

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Pekan Kebudayaan Nasional 2023
Foto: Courtesy of Kemendikbudristek
Jakarta - Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) yang diselenggarakan sejak 2019 jadi hajatannya para seniman Tanah Air. Perayaan sekaligus festival seni-budaya yang dibuat Kemendikbudristek periode sebelumnya sukses sampai ke edisi ketiga tahun lalu.

Tapi setelah Kementerian Kebudayaan resmi berdiri pada 20 Oktober dengan Fadli Zon sebagai menteri bersama wakilnya Giring Ganesha, ada banyak pertanyaan mengenai PKN. Apakah PKN tetap berlanjut? Bagaimana kelanjutan program-program PKN yang memakai metode lumbung?

Kepada detikcom, kurator PKN Ade Darmawan cerita kalau SK kinerjanya bakal berakhir sampai akhir tahun 2024. "Tahun depan masih belum tahu akan seperti apa. SK sampai Desember ini, mudah-mudahan akan terus ya. Saya sendiri nggak tahu dari teman-teman Kementerian akan seperti apa selanjutnya," terang Ade.

Ade bersama tim kuratorial PKN dan Kemendikbudristek periode sebelumnya mencanangkan PKN dengan metode lumbung. Dimulai dari perencanaan akhir 2022, dimulai dengan fase rawat, panen, dan bagi.

"Tahun ini memang nggak ada event besarnya, tapi ada proses rawatnya. Pelumbungan itu kan pengetahuan dan praktik jejaring yang ada ya. Jadi kita ada 12 hub dari Sumatera ada 2, Kalimantan 2, Papua, NTT, Bali, Sulawesi, dan Jawa, artinya dari penjuru daerah di Indonesia ada," kata Ade.

Dia pun menjelaskan kalau cara kerja tim kurator adalah berjejaring dengan berbagai komunitas yang ada. "Kemarin saya ke Timor, trus nanti ke Pontianak. Dalam rangka memang proses panen setelah tahun lalu," terangnya.

Sejak metode lumbung ini dipilih oleh Dirjen Kebudayaan periode sebelumnya Hilmar Farid, PKN telah menjadi proses based atau bekerja dengan komunitas, warga sekitar, dan pemerintah daerah.

"Kita punya jejaring dan inisiatif warga yang besar sekali ya. Katakanlah 5 sampai 10 tahun terakhir bekerja dengan kementerian, seperti yang ditegaskan Pak Hilmar jadi hal yang penting dibaca bersama, terkoneksi saling berdialog, dan sangat baik," tegasnya.

Kehadiran negara pun diakui Ade, sangat terasa dalam penyelenggaraan PKN. Praktik komunitas dan warga berjejaring digarap dengan apik.

"Menurut aku sih, yang menjadi penting untuk diteruskan dan bisa dievaluasi juga, yang berikutnya seperti apa. Tapi mudah-mudahan tidak menjadi atau balik lagi dari nol atau menjadi sangat simbolik, yang mengerikan kalau jadi sangat simbolik dan kembali lagi ke awal," tukasnya.

Apakah penyelenggaraan PKN bakal tetap terselenggara dengan metode lumbung di Kementerian Kebudayaan yang baru terbentuk?

Mari kita tunggu bersama-sama ya, detikers.


(tia/ass)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO