Indonesia Hadir Lagi di Frankfurt Book Fair 2024

Stan Indonesia kembali hadir di pameran buku tertua di dunia, Frankfurt Book Fair 2024 pekan ini. Melalui Yayasan 17000 Pulau Imaji, Indonesia menempati stan Jakarta Content Week (Jaktent) yang berada di Hall 4.1 H36 dengan menampilkan buku-buku dan ilustrasi dari Indonesia.
Di stan Indonesia, hadir langsung perwakilan dari Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Kanisius, dan literary agency Literasia Creativa yang memamerkan buku-buku dari berbagai kategori. Pengunjung dapat menemukan novel sastra, buku anak, kuliner, hingga buku pengembangan diri, yang menunjukkan kekayaan budaya dan karya sastra Indonesia.
Tak cuma buku-buku dari penerbit major saja, tapi juga empat penerbit lainnya yakni Pear Press, Kabar Media, Yayasan Pustaka Obor, dan Kayabaca.
Stan Indonesia juga menghadirkan para pelaku industri di bidang perbukuan Indonesia yang juga terlibat dalam diskusi di Asia Forum. Ada Laura Prinsloo (Focal Point, Jakarta UNESCO City of Literature), Yani Kurniawan (Manajer Umum Yayasan 17000 Pulau Imaji), Adi Ekatama (Publishing & Education Director, Gramedia Group), Sari Meutia (CEO, Mizan Group) dan Evelyn Ghozalli (Children's Book & Illustration, Literasia Creativa).
Laura Prinsloo menceritakan sejak tahun 2015 Indonesia sukses menjadi guest of honour (GoH) di ajang FBF dan Filipina mengikuti jejak Indonesia tahun depan sebagai negara kedua di Asia Tenggara yang jadi GoH.
Dalam sesi diskusi Guest of Honour: An Asian Conversation bersama Dante Francis Ang II dari Filipina, Laura Prinsloo mengatakan, "Sangat penting bagi pemerintah untuk mengetahui persis, target apa yang ingin dicapai ketika menjadi GoH, dan juga rencana jangka pendek dan panjang untuk mendukung program tersebut," katanya dalam keterangan yang diterima redaksi.
![]() |
Menurut Laura, hal terpenting lainnya adalah perlunya komitmen pemerintah untuk memastikan dukungan terhadap industri perbukuan tetap berjalan meskipun adanya pergantian kepemimpinan.
Indonesia juga hadir dalam sesi Translations: A One-Way Street?. Yani Kurniawan dari Manajer Umum Yayasan 17000 Pulau Imaji bersama Annete Hug, Hope Yu, dan Jan Karsten mendiskusikan upaya penerjemahan sastra dari berbagai negara.
"Program subsidi penerjemahan sastra, atau buku-buku yang hak terjemahannya diakuisisi penerbit asing menjadi sangat penting, dan semestinya wajib menjadi program pemerintah. Translation Funding Program (TFP) di Indonesia, pernah dijalankan di 2015-2019, dan berhasil membantu penerjemahan karya-karya Indonesia ke berbagai bahasa, namun saat ini terhenti," katanya.
"Jika akan dilanjutkan, salah satu contoh yang bisa dilihat adalah bagaimana Korea Selatan dengan Literary Translation Insitute of Korea berhasil mendukung upaya-upaya penerbitan karya-karya dari penulis Korea ke berbagai belahan dunia. Buku Han Kang, pemenang Nobel Sastra 2024, The Vegetarian yang diterbitkan penerbit Baca di Indonesia, mendapatkan pendanaan penerjemahan tersebut," tegasnya.
Tak cuma pameran, Yayasan 17000 Pulau Imaji bekerja sama dengan Gabungan Ilustrator Indonesia (Garis) menggelar pameran mini 25 karya seniman Indonesia bertemakan Living Colours of Indonesia. Jakarta City of Literature juga memamerkan hasil karya kolaborasi dengan Exeter City of Literature: Bridging Cities. Di panggung Asia Stage & International FBF, grup musik Klassikhaus juga berpartisipasi dengan musikalisasi puisi-puisi memperingati 100 tahun Sitor Situmorang.