Rayain Hari Buku Sedunia, Ini Harapan Penulis hingga Pegiat Buku

Penasaran seperti apa harapan para penulis hingga pegiat buku? Redaksi detikpop sudah nanyain sama mereka pendapatnya nih, genks
Dee Lestari, penulis Supernova dan Aroma Karsa
Buku dan teknologi membaca akan datang silih berganti. Namun saya percaya, seni bercerita tidak akan pernah mati. Semoga semakin banyak cerita Indonesia yg terangkat ke panggung dunia, dan semoga semakin banyak pula masyarakat Indonesia yang bisa mengakses buku serta bacaan berkualitas.
Ahmad Fuadi, penulis 5 menara
Saya berharap lingkungan menulis yang nyaman buat penulis berkarya. antara lain perlindungan dari pemerintah agar pembajakan tidak seperti sekarang, dianggap biasa, dan jarang dituntut hukum. Sekarang kalau kita akses marketplace, penuh buku bajakan, di kedai-kedai buku di daerah tertentu juga begitu.
Henry Manampiring, penulis Filosofi Teras
Harapan saya profesi penulis di Indonesia bisa semakin menjadi opsi profesi yang lebih menjanjikan. Ini hanya bisa tercapai dengan komitmen semua pihak, tidak hanya penulis dan penerbit saja, tetapi juga pembuat kebijakan, dan pembaca. Untuk pembaca, bisa dimulai dengan tidak membeli buku bajakan ya.
Reda Gaudiamo, penulis Na Willa
Saya harap terus menggiatkan promosi buku karya penulis Indonesia di kancah internasional, lewat pameran buku, kerja sama antar festival. Mungkin cara promosi dan marketingnya bisa meniru apa yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan yang mendunia atau Jepang yang penduduknya sangat fanatik akan karya bangsanya sendiri.
Baca juga: Sejarah Hari Buku Sedunia 23 April |
Haidar Bagir, Direktur Utama Mizan Group
Betapapun kemajuan teknologi sangat masif, kehadiran buku cetak akan selalu diperlukan untuk menambah pengetahuan. Pemerintahan Indonesia serta kita semua harus terus gigih dalam mempertahankan buku cetak dan memajukan industri buku itu sendiri.
Laura Bangun Prinsloo, Ketua Yayasan 17,000 Pulau Imaji/ Focal Point Jakarta UNESCO City of Literature
Harapanku untuk Hari Buku Sedunia agar kita semua merayakan the power of storytelling and written words. Gak mesti buku aja, dalam banyak hal yang positif, sumber imajinasi, inspirasi, tolerance and compassion, understand differences, and build bridges to unite.
(tia/pus)