Marc Bonnick Ungkap Alasan Dipecat dari Arsenal gegara Bela Palestina

Marc Bonnick Ungkap Alasan Dipecat dari Arsenal gegara Bela Palestina

Yanu Arifin - detikKalimantan
Rabu, 21 Mei 2025 11:00 WIB
LONDON, ENGLAND - AUGUST 01: An FA Cup logo is seen on an Arsenal shirt during the Heads Up FA Cup Final match between Arsenal and Chelsea at Wembley Stadium on August 01, 2020 in London, England. Football Stadiums around Europe remain empty due to the Coronavirus Pandemic as Government social distancing laws prohibit fans inside venues resulting in all fixtures being played behind closed doors. (Photo by Catherine Ivill/Getty Images)
Foto: Getty Images/Catherine Ivill
Balikpapan -

Marc Bonnick 'ditendang' dari Arsenal pada 24 Desember 2024 lalu. Setelah beberapa bulan, eks kitman Arsenal ini mengungkap alasan sebenarnya di balik pemecatan tersebut.

Dikutip detikSepakbola dari Middle East Eye, Bonnick menyebut pemicunya adalah unggahannya tentang bela Palestina. Unggahan tersebut dilaporkan oleh fans ke pihak manajemen klub.

Aduan fans itu ditindaklanjuti oleh klub. Arsenal mengusut postingan tersebut dan sempat memberlakukan skorsing untuk Bonnick karena dianggap mencoreng nama klub.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bonnick sempat melakukan banding atas pemecatannya. Namun, Arsenal disebut tak bisa memutuskan apakah unggahannya bersifat antisemit. Arsenal menilainya dari laporan yang masuk, termasuk klaim Bonnick menggunakan kata-kata kasar, serta pemberitaan miring di media.

"Nama saya Mark Bonnick dan saya dipecat klub sepakbola Arsenal karena bicara untuk Palestina. Saya sudah berada di Arsenal sejak 2001/2002 sebagai cadangan dan akhirnya menjadi kitman tetap sampai 2024, jadi saya sudah 22 tahun di Arsenal," kata Bonnick kepada Middle East Eye.

"Saya bicara di Twitter, X, selama bertahun-tahun. Kadang saya disebut antisemit dan saya bersumpah tidak pernah demikian. Seseorang menuduh saya sebagai neo-Nazi, kemudian tahu di mana saya bekerja, bilang ke orang-orang saya kerja di Arsenal, lalu ada banyak hujatan kepada saya," lanjutnya.

Bonnick menilai yang dilakukan seseorang tersebut merupakan perundungan di dunia maya. Orang tersebut mengancam melaporkannya karena merasa itu kewajiban. Namun, Bonnick menegaskan, hasil penyelidikan menyatakan tidak ditemukan antisemitisme.

"Penyelidikan menemukan bahwa tidak ada antisemitisme, tapi mereka menemukan bahwa saya melakukan pelanggaran berat, saya telah membawa klub ke dalam keburukan, pada dasarnya bersikap ofensif dan menghasut," katanya.

Setelah dipecat, Bonnick mengaku kesulitan mencari pekerjaan baru. Meski begitu, Bonnick mengaku tidak menyesal atas sikapnya membela Palestina dan berharap semakin banyak yang berani mengambil risiko seperti dirinya. Saat ini Bonnick bekerja serabutan sebagai pekerja konstruksi.

"Seluruh pengalaman itu sangat menghancurkan. Namun saya tidak menyesali apapun. Meskipun kehilangan pekerjaan saat mendekati masa pensiun, saya masih akan mendorong orang-orang untuk berbicara," katanya.

"Kita berhutang kepada warga Palestina, dan kepada diri kita sendiri sebagai manusia, untuk menentang rasisme, kolonialisme, dan genosida, seperti yang dilakukan Arsenal untuk Black Lives Matter dan dalam solidaritas dengan warga Ukraina," lanjutnya.

Bonnick juga menyeret Arsenal ke Pengadilan Ketenagakerjaan dan menuntut The Gunners terkait pemecatannya yang dinilai tidak adil. European Legal Support Center bertindak sebagai pembela Bonnick. Menurut lembaga tersebut, Arsenal membuat 'noda dalam sepakbola' karena memecat pegawai yang bersuara soal Palestina.

"Sungguh keterlaluan Arsenal memilih untuk memperlakukan seorang penggemar seumur hidup dan pekerja setia selama 22 tahun dengan penghinaan seperti itu, memecatnya pada Malam Natal hanya karena mengekspresikan solidaritas dengan Palestina," ujar Tasnima Uddin, petugas advokasi ELSC.

"Ini bukan hanya ketidakadilan pribadi; ini adalah noda dalam sepakbola dan pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang dipegang teguh oleh para penggemar. Sementara industri sepakbola global meraup miliaran dolar, staf kelas pekerja seperti Mark dihukum karena berbicara menentang ketidakadilan," kecamnya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads