Cerita Pasien Sakit Lambung hingga Lemas gegara Keseringan Makan Seblak

Cerita Pasien Sakit Lambung hingga Lemas gegara Keseringan Makan Seblak

Suci Risanti Rahmadania - detikKalimantan
Kamis, 04 Sep 2025 23:01 WIB
Young woman suffering from strong abdominal pain while sitting on sofa at home
Foto: Getty Images/iStockphoto/10255185_880
Balikpapan -

Seorang perempuan berusia 21 tahun merasakan efek tak menyenangkan setelah setiap hari menyantap seblak. Makanan yang populer di Jawa Barat itu memang banyak digemari karena cara buat yang mudah, bahan yang murah, dan rasa pedas lekoh yang menggoda.

Nyatanya, ada dampak tak mengenakkan dari mengkonsumsi berlebihan makanan yang ia sukai itu. Dikutip dari detikHealth, perempuan itu mengalami gejala demam, batuk, mual, dan muntah. Pasien juga diketahui mengalami sakit perut serta kehilangan nafsu makan selama satu minggu terakhir.

Ia kemudian memutuskan berobat ke dokter umum di Bandung Barat, dr Mariska Haris, saat mengalami gejala sampai tak bisa bangun dari tempat tidur karena tubuhnya yang sangat lemas. Kisahnya kemudian diceritakan oleh dr Mariska dan kemudian jadi viral.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasiennya itu didiagnosis mengalami gastritis erosif karena memiliki kebiasaan mengonsumsi seblak secara berlebihan.

"Sebelumnya sudah ke bidan biasa di kampung kan gitu, tapi nggak sembuh ya karena nggak makan. Bahkan 1 hari sebelum ke saya dia sampai nggak bangun dari tempat tidur saking lemas, nggak makan. Ortunya bilang, sehat aja jarang makan," ucap dr Mariska, saat dihubungi detikcom, Kamis (4/8/2025).

Setelah ditelusuri lebih lanjut, pasien punya kebiasaan mengonsumsi seblak setiap hari, bahkan bisa dua kali dalam sehari.

"(Makan seblak) tiap hari," ucap pasien dalam video tersebut.

"Berapa kali sehari," tanya dr Mariska ke pasien.

"Dua kali sehari," jawab pasien.

Pada makanan pokok seperti nasi, pasien hanya mengkonsumsinya sekali dalam sehari. Bahkan, saat tidak berselera, ia kerap tidak makan nasi sama sekali. Kondisi tersebut, menurut dr Mariska, membuat pasien didiagnosis mengalami gastritis erosif atau peradangan pada lambung.

"Alhamdulilah diobservasi di saya 14 jam, sudah sehat bisa makan dan sudah pulang," ucap dr Mariska saat dihubungi detikcom, Kamis (4/8/2025).

dr Mariska menjelaskan risiko dari seblak umumnya berasal dari bahan olahan beku, termasuk kerupuk. Karena itu, ia menyarankan agar topping seblak diganti dengan bahan yang lebih segar, seperti udang, seafood, atau sayuran. Ia juga mengingatkan agar penggunaan sambal tidak berlebihan.

Begitu juga mengonsumsi seblak sebaiknya jangan berlebihan dan porsinya harus dibatasi. Ia juga menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi yang lengkap dan gizi seimbang setiap hari.

"Paling seblak boleh lah satu minggu sekali atau dua kali saja, dan tentu saja makan nasi tetap yang utama," jelasnya.

Dikutip dari Cleveland Clinic, gastritis adalah peradangan pada lapisan pelindung lambung. Lapisan ini, yang disebut mukosa, berfungsi melindungi lambung dari asam, enzim, dan mikroorganisme yang masuk setiap hari.

Adapun gastritis erosif terjadi ketika penyebab gastritis benar-benar merusak lapisan pelindung lambung hingga menimbulkan luka (ulkus). Pemicu umumnya adalah zat kimia seperti asam lambung, empedu, alkohol, atau obat-obatan tertentu.

Dijelaskan pula oleh dokter spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH. Ia menjelaskan pada dasarnya seblak terbuat dari kerupuk basah yang dimasak dengan berbagai bumbu, terutama kencur dan cabai.

Terkadang, seblak juga ditambahkan bakso, sosis, maupun ceker ayam. Menurut dr Aru, seblak umumnya tak sehat lantaran mengandung tinggi kalori, lemak, dan garam.

"Sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, hipertensi, kolesterol dan gangguan pencernaan," ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (4/8).

Pada bumbu yang terlalu pedas dan berminyak, lanjut dr Aru, dapat mengiritasi lambung dan memicu sakit maag.

Terkait gastritis erosif, dr Aru menjelaskan kondisi ini terjadi akibat peradangan lapisan lambung yang menyebabkan pengikisan (erosi) pada mukosa lambung.

"Penyebabnya banyak mulai dari makanan, obat-obatan, stres, zat kimia dan lain-lain," lanjutnya.

"Makan seblak yang berlebihan apalagi tidak disertai dengan kondisi bumbu yg terlalu pedas atau saat makan kondisi dinding lambung sedang dalam keadaan tidak baik-baik, maka kemungkinan terjadinya gastritis erosif dapat terjadi," lanjutnya lagi.

Meskipun demikian dr Aru mengatakan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti endoskopi saluran cerna untuk melihat ada tidaknya gastritis erosifa dan pemeriksaan bakteri H.pylori untuk menentukan penyebabnya.

"Pola hidup yg baik termasuk pola makan dapat mencegah terjadinya gangguan saluran cerna termasuk gastritis erosif. Sebaiknya hindari makanan yg terlalu pedas, mengandung zat aditif seperti pengawet/pewarna/penyedap rasa, processed food," lanjutnya.

dr Aru juga mengingatkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi seblak. Pasalnya, kebiasaan makan seblak secara berlebihan, terutama dengan bumbu yang terlalu pedas, bisa meningkatkan risiko gangguan pada lambung.

"Apalagi jika dikonsumsi saat kondisi dinding lambung sedang tidak sehat, maka kemungkinan terjadinya gastritis erosif atau peradangan pada lambung bisa semakin besar," lanjutnya.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads