Dear Warga, Jangan Beri Makan Orang Utan Jika Bertemu di Pinggir Jalan!

Dear Warga, Jangan Beri Makan Orang Utan Jika Bertemu di Pinggir Jalan!

Riani Rahayu - detikKalimantan
Selasa, 16 Des 2025 07:01 WIB
Artemis dan Gieke, dua orang utan yang lahir di Sekolah Hutan Jerora Yayasan Penyelamatan Orangutan Sintang (YPOS), dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar).
Orang utan dan habitat aslinya. Foto: Istimewa (dok BKSDA Kalbar)
Kutai Timur -

Belum lama ini sempat viral di media sosial, video yang memperlihatkan individu orang utan turun ke jalan di wilayah Bengalon-Kaliorang, Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim).

Dalam video terlihat orang utan dengan ukuran cukup besar duduk di pinggir jalan, lalu diberi makan pengendara yang melintas dengan pisang. Fenomena kemunculan orang utan di jalan mungkin kerap mengundang simpati pengguna jalan.

Meski niat hati untuk memberi makan itu baik, tapi ternyata tindakan pada satwa dilindungi itu tidak dibenarkan. Kenapa?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur CAN (Conservation Action Network) Borneo, Paulinus Kristianto menjelaskan orang utan pada dasarnya bukan satwa yang memiliki kebiasaan mendatangi jalan raya. Ketika manusia memberikan makanan, hal itu akan membentuk persepsi keliru bahwa berdiri di tepi jalan merupakan cara memperoleh makanan dari manusia.

"Kebiasaan ini lama-lama akan membentuk perilaku baru. Orang utan menjadi terbiasa menunggu di pinggir jalan," ujarnya kepada detikKalimantan, Senin (15/12/2025).

Perubahan perilaku tersebut dinilai berisiko tinggi dan membahayakan. Apalagi jika terjadi interaksi langsung di ruang publik yang tidak semestinya.

"Perubahan perilaku itu nanti akan berdampak kepada keselamatan dia, juga keselamatan orang-orang yang di jalan," ucapnya.

Dampak lainnya, kebiasaan ini dapat memengaruhi pola hidup orangutan lain yang berada di sekitar lokasi. Ketergantungan pada manusia berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem dan proses alami satwa liar di habitatnya.

Larangan memberi makan orang utan di alam liar juga didasari pertimbangan kesehatan. Interaksi langsung antara manusia dan orang utan membuka peluang penularan penyakit zoonosis, baik dari manusia ke orang utan maupun sebaliknya.

"Risiko penularan penyakit menjadi salah satu pertimbangan penting. Itu sebabnya orang utan harus tetap diperlakukan sebagai satwa liar," tutur Paulinus.

Masyarakat diimbau untuk tidak memberi makan, menjaga jarak, serta melaporkan keberadaan orangutan di sekitar jalan kepada pihak berwenang agar dapat ditangani sesuai prosedur konservasi.

Diberitakan sebelumnya, viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan individu orang utan turun ke jalan di wilayah Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim). Disebutkan orang utan itu turun ke jalan di wilayah Bengalon-Kaliorang.

Dalam video tersebut terlihat orang utan dengan ukuran cukup besar duduk di pinggir jalan. Pengendara yang melintas pun memberinya makan pisang. Lokasi tersebut diketahui memang sering ditemukan aktivitas orang utan.

Terkait hal ini, Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto mengatakan pihaknya telah turun ke lokasi. Mereka sedang mencari keberadaan individu orang utan tersebut.

"Teman-teman masih di lapangan, setelah ketemu (orang utan) kita kabari," ucapnya, Minggu (14/12).




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads