Polres Ketapang mengaku belum menerima laporan resmi terkait insiden penyerangan Warga Negara Asing (WNA) asal China di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar). Sebanyak 15 WN China diduga terlibat dalam penyerangan bersenjata tajam ini.
Kapolres Ketapang AKBP Muhammad Harris mengatakan hingga saat ini belum ada pihak yang membuat laporan resmi ke Polres Ketapang. Baik dari korban penyerangan dari unsur sipil, TNI maupun perusahaan.
"Kami proses klarifikasi terlebih dulu, karena belum ada laporan (LP) resmi baik ke polsek maupun polres," kata Harris kepada detikcom, Senin (15/12/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menerangkan, meski belum dapat laporan resmi, pihaknya sudah mendapat informasi awal terkait penerbangan drone yang berujung penyerangan.
"Kami awalnya mendapat informasi ada beberapa WNA yang diamankan karena membawa drone. Lalu ada peristiwa penyerangan, maka kami klarifikasi terlebih dulu dengan pihak-pihak terkait," jelasnya.
Penyerangan ini dipicu oleh aktivitas penerbangan drone ilegal di area perusahaan yang kemudian berujung pada pengejaran. Dalam insiden ini, satu warga sipil dan lima anggota TNI menjadi korban penyerangan di area dekat perusahaan pertambangan emas PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM) di Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar).
Saat penyerangan, sekelompok WN China ini terlihat membawa empat bilah sajam dan airsoft gun serta alat setrum. Tidak ada korban luka dalam penyerangan ini. Namun, pihak perusahaan mengalami kerugian berupa kerusakan berat pada mobil dan sepeda motor milik PT SRM.
Satu sajam milik WN China juga dapat diamankan anggota pengamanan. Begitu juga kendaraan yang dirusak turut diamankan sebagai barang bukti. Sementara itu, pihak TNI belum memberikan keterangan terkait penyerangan anggotanya. Wakapendam XII/Tanjungpura Letkol Inf Agung W Palupi belum merespon saat dihubungi Senin (15/12) siang.
(des/des)
