Seorang terapis wanita berinisial RTA (14) ditemukan tewas tergeletak di lahan kosong di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (Jaksel). Saat ditemukan pada Kamis (2/10) pukul 05.00 WIB, di tubuh RTA terdapat luka memar dan lebam.
Selain itu, terdapat luka lecet pada sejumlah bagian tubuhnya seperti goresan di perut hingga dagu. Namun polisi mengungkap tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh RTA.
Belum diketahui ada atau tidaknya luka dalam, sebab masih perlu menunggu hasil autopsi di RS Polri Kramat Jati. Kanit PPA Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKP Citra Ayu menyebut kejadian yang menyebabkan RTA tewas diperkirakan pada dini hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dari saksi-saksi tidak mengetahui kalau ada takutnya lompat kah atau didorong. Karena kejadiannya kemungkinan antara pukul 02.30-04.00 WIB pagi. Mereka semua istirahat, jadi tidak mengetahui kejadiannya seperti apa," kata Citra.
Seorang saksi melihat pakaian yang dikenakan perempuan itu kotor dengan tanah saat ditemukan. Saksi itu adalah Uki, seorang satpam di sekitar lokasi. Uki pertama kali menemukan mayat perempuan sekitar pukul 4.15 WIB, Kamis (2/10).
"Ya kotor (baju dan celana korban)," kata Uki saat dihubungi, Jumat (3/10/2025).
Uki masih ingat, saat itu sedang bertugas jaga di kantor jasa pengiriman. Dia sempat mendengar teriakan seorang perempuan meminta tolong.
"Teriak minta tolong. Ya 'tolong tolong' aja, cuma sekali doang," jelas Uki.
Setelah itu, Uki bersama rekannya di kantor langsung mendatangi sumber suara tersebut. Lokasinya tepat berada di belakang tempat dia bekerja.
Ketika menemukannya, Uki menduga korban sudah tak bernyawa. Dia tak melihat pergerakan atau suara apa pun lagi dari korban.
Berdasarkan penyelidikan sementara, ada bekas telapak kaki RTA di atap gedung sebelah spa tempatnya bekerja. RTA bahkan diyakini sempat menjebol atap mes untuk menuju ke atap gedung sebelah.
"Jebol atap plastik itu untuk dia keluar dari mes itu. Kan dia naik, abis itu jebol atap supaya bisa keluar," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Ardian Satrio Utomo kepada wartawan, Selasa (7/10/2025).
Di atap gedung sebelah mes spa tersebutlah polisi menemukan jejak kaki yang diduga milik RTA. Namun pihak kepolisian masih mendalami apakah korban terjatuh atau sengaja melompat.
"Iya, ke gedung sebelah. Kita menemukan ada jejak kaki dia juga, diduga punya dia, diduga jejak kaki dia. Antara dia lompat atau jatuh, ini masih kita dalami," kata dia.
Polisi juga masih mendalami alasan korban menjebol atap hingga berada di atap gedung sebelah. Polisi juga mengatakan ada saksi yang mendengar teriakan wanita sebelum korban ditemukan.
"Bahwa Saksi mendapatkan informasi dari salah satu penghuni ruko Pejaten Office Park yang mendengar suara perempuan berteriak," kata Kapolsek Pasar Minggu, Kompol Anggiat Sinambela, kepada wartawan, Kamis (2/10).
Dia mengatakan saksi sempat berupaya mencari sumber suara itu. Saksi, katanya, juga mencoba mencari ke mes salah satu spa di Jaksel karena mendapatkan informasi perempuan yang menginap di mes tersebut.
"Kemudian saksi menghubungi koordinator mes terapis. Saksi menyampaikan bahwa ada seorang terapis perempuan spa yang tidak berada di dalam mes," ujarnya.
Sebelum ditemukan tewas, RTA sempat tertangkap kamera sedang mondar mandir ke kamar mandi mes spa.
"Tapi CCTV dia berusaha untuk menghindari CCTV, bolak balik kamar mandi, ada," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Ardian Satrio Utomo kepada wartawan, Jumat (10/10/2025).
Korban, kata Ardian, terlihat celingukan menghindari pantauan rekaman CCTV. Dia mengatakan tidak ada orang lain yang tertangkap kamera CCTV saat momen tersebut.
"Menghindari masalah pantauan CCTV. Karena pada sebelum kejadian ada (penemuan mayat), dia bolak balik kamar mandi sendirian. Pas di kamar mandi, dia ada ngeliat ke CCTV ke arah CCTV. Berarti kan dia bagaimana berusaha menghindari CCTV itu, berarti kan memang inisiatif," kata dia.
Diketahui RTA sebelumnya bekerja selama delapan bulan di Bali dan dimutasi ke cabang di Jakarta Selatan. Berdasarkan keterangan saksi, korban kerap menyendiri sebelum ditemukan tewas.
Di lain sisi, kakak korban berinisial F, mengungkapkan adiknya itu sempat curhat ingin keluar dari spa tempatnya bekerja di Jaksel. Curhatan itu diterima kakaknya sekitar 5 hari sebelum adiknya ditemukan tewas.
"Intinya kalau mau keluar dari kerjaan spa harus bayar denda Rp 50 juta," kata F saat dihubungi wartawan, Rabu (8/10/2025).
Selain itu, F menyampaikan bahwa adiknya hanya digaji Rp 1 juta per bulan. Hal ini salah satunya membuat adiknya tidak betah dan ingin keluar dari pekerjaannya itu.
"Pengakuan korban (adik) kayak gitu (digaji Rp 1 juta)," ucapnya.
F mengatakan adiknya memutuskan bekerja karena ingin hidup mandiri. Namun dia tak menyangka adiknya bisa bekerja jauh dari kampung halamannya di Jawa Barat, bahkan pernah ke Bali.
"Kita sebelumnya nggak tahu kalau sampai kerja jauh, saya kira masih di wilayah Indramayu," sambungnya.
Di tengah pengusutan soal penyebab kematian korban, pihak keluarga melaporkan pihak spa tempat korban bekerja atas dugaan eksploitasi anak. Dia berharap polisi segera menindaklanjuti laporan tersebut. Keluarga menantikan kepastiannya.
(aau/aau)