7 Tradisi Natal Unik di Indonesia

7 Tradisi Natal Unik di Indonesia

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Sabtu, 20 Des 2025 12:11 WIB
Christmas interior frame, living room poster empty in home design new year, element mockup annual holidays, 3d render
Ilustrasi hiasan Natal/Foto: Getty Images/thossaphon pakpoom
Balikpapan -

Tak hanya gemerlap pohon Natal, nyanyian merdu lagu-lagu rohani, dan suasana penuh kasih, perayaan Natal di berbagai daerah juga diisi tradisi lokal yang diwariskan turun-temurun.

Tradisi itulah yang membuat Natal di Indonesia menjadi momentum perekat budaya yang mempertemukan iman, adat, dan kebersamaan. Indonesia yang kaya suku dan budaya memiliki cara unik dalam merayakan Natal. Dari Sabang hingga Merauke, lahir tradisi Natal yang berbentuk ritual adat, pertunjukan seni, hingga tradisi makan bersama yang penuh makna sukacita.

Tradisi-tradisi ini tidak menghilangkan esensi Natal sebagai peringatan kelahiran Yesus Kristus, tapi justru memperkaya maknanya dengan nilai gotong royong, persaudaraan, dan rasa syukur. Apa saja tradisi Natal dari berbagai daerah di Indonesia? Berikut ulasannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Natal Unik:

1. Wayang Wahyu: Jawa

Salah satu tradisi Natal yang unik datang dari Pulau Jawa, yaitu Wayang Wahyu. Tradisi ini merupakan bentuk inkulturasi budaya Jawa dengan ajaran kristiani. Wayang Wahyu sebagai upaya menyampaikan pesan-pesan Alkitab melalui media yang sudah akrab bagi masyarakat Jawa, wayang kulit.

Secara visual, bentuk wayangnya hampir sama dengan wayang pada umumnya, lengkap dengan kelir, blencong, dan gamelan. Namun yang membedakan adalah tokoh dan alur ceritanya yang diambil dari kisah-kisah Alkitab seperti kelahiran Yesus, kehidupan para nabi, hingga ajaran kristiani.

Dalam pementasan Wayang Wahyu, dalang berperan penting sebagai penyampai pesan rohani. Bahasa yang digunakan biasanya campuran bahasa Jawa dan Indonesia agar mudah dipahami berbagai kalangan. Wayang Wahyu sering dipentaskan menjelang atau saat Natal di lingkungan gereja, sekolah, maupun komunitas kristiani.

2. Kunci Taon: Maluku

Kunci Taon merupakan tradisi khas masyarakat Kristen di Maluku yang dilakukan sebagai ibadah penutup tahun dan menjadi bagian penting dari rangkaian perayaan Natal. Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada malam 31 Desember sebagai momen refleksi atas perjalanan hidup dan iman sepanjang satu tahun terakhir.

Dalam Kunci Taon, jemaat berkumpul di gereja untuk mengikuti ibadah yang diisi dengan doa, pujian, renungan, serta pembacaan firman Tuhan. Selain sebagai ucapan syukur atas penyertaan Tuhan selama setahun, Kunci Taon juga dimaknai sebagai pembukaan lembaran baru untuk memasuki tahun berikutnya dengan iman dan pengharapan.

Setelah ibadah, masyarakat biasanya melanjutkan dengan kebersamaan keluarga, makan bersama, atau kunjungan ke rumah kerabat. Tradisi ini mencerminkan kuatnya nilai religius, solidaritas, dan kebersamaan dalam masyarakat Maluku.

3. Marbinda: Sumatera Utara

Marbinda adalah tradisi Natal yang hidup di tengah masyarakat Batak Kristen, khususnya di Sumatra Utara. Tradisi ini berupa kegiatan saling mengunjungi rumah keluarga, kerabat, dan tetangga selama masa Natal. Kunjungan ini biasanya dilakukan setelah ibadah Natal dan berlangsung beberapa hari.

Saat Marbinda, tuan rumah akan menyambut tamu dengan ramah, menyajikan hidangan khas Natal, serta mengadakan doa dan percakapan hangat. Tradisi ini bukan hanya sebagai bentuk silaturahmi, tetapi juga sarana untuk memperkuat ikatan kekeluargaan, menyelesaikan kesalahpahaman, dan mempererat hubungan sosial.

Dalam budaya Batak yang sangat menjunjung tinggi kekerabatan, Marbinda menjadi penyempurna dari semangat Natal berupa kasih, pengampunan, dan persaudaraan.

4. Ngejot: Bali

Ngejot merupakan tradisi berbagi makanan yang telah lama hidup di Bali dan dilakukan bahkan dengan lintas agama. Saat Natal, umat kristiani di Bali menjalankan tradisi Ngejot dengan membagikan makanan kepada tetangga sekitar, baik yang beragama Hindu, Islam, maupun kepercayaan lainnya.

Makanan yang dibagikan biasanya berupa hidangan khas Natal yang disesuaikan dengan adat setempat. Tradisi ini tidak hanya dilakukan pada Natal, tetapi juga pada hari raya keagamaan lainnya di Bali. Ketika Natal, Ngejot menjadi simbol toleransi, rasa hormat, dan bentuk keharmonisan antarumat beragama.

5. Barapen Natal: Papua

Barapen atau bakar batu adalah tradisi memasak khas Papua yang juga menjadi bagian penting dalam perayaan Natal. Tradisi ini melibatkan seluruh anggota keluarga, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Prosesnya dimulai dengan memanaskan batu hingga sangat panas, kemudian batu tersebut ditumpuk bersama bahan makanan seperti daging, umbi-umbian, dan sayuran, lalu ditutup hingga matang secara alami.

Dalam perayaan Natal, Barapen tidak hanya bermakna sebagai cara memasak, tetapi juga sebagai simbol persatuan, kerja sama, dan rasa syukur atas berkat Tuhan. Seluruh proses dilakukan bersama-sama yang mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang kuat dalam masyarakat Papua.

Setelah makanan matang, semua orang makan bersama tanpa membedakan status sosial. Tradisi ini dilaporkan sebagai salah satu perayaan Natal paling khas dan sarat makna sosial di Indonesia.

6. Perayaan Natal Oikumene: Nusa Tenggara Timur

Di beberapa wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Natal sering dirayakan secara oikumene yang artinya melibatkan berbagai denominasi gereja dalam satu perayaan bersama. Perayaan ini biasanya diisi dengan ibadah bersama, paduan suara, dan pertunjukan budaya lokal.

Tradisi ini menegaskan semangat persatuan di tengah perbedaan gereja dan latar belakang, karena Natal tidak hanya dirayakan sebagai acara keagamaan, tetapi juga sebagai pesta rakyat yang penuh sukacita.

7. Tradisi Makan Bersama dan Open House Natal

Di banyak daerah di Indonesia, Natal juga dirayakan dengan tradisi makan bersama dan open house. Keluarga yang merayakan Natal membuka rumah mereka untuk menerima tamu, baik keluarga besar, tetangga, maupun sahabat berbeda agama.

Ada berbagai hidangan khas Natal yang disajikan sebagai bentuk syukur dan keramahan. Tradisi ini kemudian menciptakan ruang silaturahmi, kehangatan, dan kebersamaan, di mana perbedaan latar belakang dilebur dalam suasana kekeluargaan.

Tradisi ini juga yang menjadi simbol nyata dari nilai toleransi dan persaudaraan yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Berbagai tradisi Natal di atas menunjukkan bahwa perayaan keagamaan tidak pernah berdiri sendiri. Banyak ragam perayaan keagamaan di Indonesia yang tumbuh bersama budaya, adat, dan nilai sosial masyarakat setempat.

Halaman 4 dari 4


Simak Video "Video: detikcom Regional Summit Riau Diawali Doa Bersama untuk Korban Bencana Sumatera"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads