Seniman Rokhyat Jelaskan Makna Lukisan 'Tikus Dalam Garuda' dan Arti Seni

Seniman Rokhyat Jelaskan Makna Lukisan 'Tikus Dalam Garuda' dan Arti Seni

Ayuningtias Puji Lestari - detikKalimantan
Rabu, 12 Nov 2025 20:58 WIB
Seniman Rokhyat di Galeri Seni Eko Yes Palangka Raya.
Seniman Rokhyat di Galeri Seni Eko Yes Palangka Raya. Foto: Ayuningtias Puji Lestari/detikKalimantan
Palangka Raya -

Rokhyat (60), pelukis yang sempat viral pada Februari 2025 lantaran lukisannya yang berjudul 'Tikus dalam Garuda', mengungkap pemikirannya mengenai dunia seni. Berawal dari kontroversi lukisannya, Rokhyat mencoba membeberkan pandangannya mengenai mana yang hasil karya seni.

"Seniman itu beda dengan pedagang. Ini perlu diluruskan supaya publik tidak tertipu," ujarnya pada detikKalimantan, Rabu (12/11/2025).

Anak dari pelukis kenamaan Samson Mastur asal Kalimantan Selatan itu menerangkan seniman khususnya pada seni rupa murni biasanya memiliki karakter masing-masing. Karakter tersebutlah yang nantinya akan tertuang pada hasil karya seninya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seniman itu sebenarnya sesuai dengan karakter dirinya. Kalau karakternya ekspresif pasti karyanya yang keluar ya ekspresif," ucapnya.

Rokhyat mengungkap biasanya perajin memiliki orientasi pada penjualan. Ia menyebut perajin lebih mirip dengan pedagang.

"Apakah sah bikin karya untuk pasar? Sah-sah saja. Nggak ada masalah. Tapi yang jadi persoalan ketika publik keliru menentukan mana hasil seni dan mana hasil perajin. Studi kasusnya biasa terjadi pada seorang kolektor lukisan. Banyak kolektor yang sudah keluarkan uang ratusan juta tapi karya lukis yang dibelinya itu berakhir ditempat sampah. Kenapa? Karena itu bukan hasil seni, tapi hasil perajin," terangnya.

Berangkat dari pemahaman itu, Rokhyat juga menegaskan lukisannya yang berjudul 'Tikus Dalam Garuda' adalah hasil karya seninya. Karya lukis itu hasil ekspresi jiwanya atas pengalaman-pengalaman hidupnya sejak kecil hingga kini.

"Kalau saya melukis Tikus Garuda karena momennya tanggal 26 Februari itu Pertamina tersandung kasus korupsi, berarti saya sedang mengikuti tren pasar, ya memang ada kalanya seniman bikin kritik sosial. Tapi makna lukisan saya bukan itu, Pak Fadli Zon juga sudah mengatakan kalau garuda saya itu garuda elang biasa, bukan garuda Pancasila," tegasnya.

Rokhyat dan lukisan 'Tikus dalam Garuda'. (Ayuningtias Puji Lestari)Rokhyat dan lukisan 'Tikus dalam Garuda'. (Ayuningtias Puji Lestari) Foto: Rokhyat dan lukisan 'Tikus dalam Garuda'. (Ayuningtias Puji Lestari)

Rokhyat menilai pendidikan seni di masa sekarang lebih banyak menggelar 'Pameran Seni', namun sedikit yang menggelar 'Bedah Karya Seni'. Menurutnya, seorang seniman perlu mengasah mental dan logikanya melalui kegiatan bedah karya.

"Sekarang itu lebih banyak pameran seni ketimbang bedah karya seni. Padahal kalau karyanya dibedah, si seniman itu bisa melatih mentalnya dalam menghadapi realitas sehari-hari," ujar Rokhyat.

Rokhyat sendiri sudah aktif melukis sejak tahun 1985 ketika masa kuliah. Ia lulusan Seni Rupa Murni di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Jurusan Grafis, kini berubah jadi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja. Rokhyat menceritakan di masa kuliahnya dulu kegiatan bedah karya merupakan bagian yang tidak boleh ia lewati. Salah satu masterpiece lukisannya berjudul 'Semesta Dalam Diri'.

"Ketika karya seseorang dibedah, dia akan ditantang argumennya mengapa langit warnanya merah, misalnya. Kalau argumennya kuat, dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dia gak akan kaget hidup sebagai seorang seniman. Bedah karya itu sama kayak kita lagi sidang skripsi," ujarnya.

Bagi Rokhyat, seni adalah bagian dari kehidupan. Menurutnya, ia tak hanya hidup pada dunia realitas, tetapi juga hidup dalam dunia yang ia sebut 'dunia seni'. Melalui dunia itu Rokhyat merasa lebih dekat dari sisi spiritual.

"Seni itu bagi saya kehidupan," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads