Tri Suci Waisak adalah perayaan suci umat Buddha yang memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan agung, dan wafatnya.
Ketiga peristiwa ini memiliki makna penting bagi umat Buddha dan dihormati sejak zaman Buddha sendiri. Dirangkum dari detikNews, ini dia penjelasan tentang Tri Suci Waisak.
Tiga Peristiwa dalam Tri Suci Waisak
1. Kelahiran Siddharta Gautama
Peristiwa pertama yang diperingati dalam Tri Suci Waisak adalah kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama di Taman Lumbini, Nepal, pada tahun 623 Sebelum Masehi. Ia lahir sebagai putra dari Raja Suddhodana dan Ratu Maya dari Kerajaan Kapilavastu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut kitab suci, kelahiran Siddhartha bukanlah kelahiran biasa. Setelah dilahirkan, ia dikisahkan langsung mampu berjalan tujuh langkah, dan pada setiap jejak langkahnya tumbuh bunga teratai.
Saat itu pula ia mengucapkan pernyataan bahwa ini adalah kelahiran terakhirnya dan ia akan mencapai kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).
2. Pencerahan Agung
Peristiwa kedua adalah saat Siddhartha Gautama mencapai pencerahan sempurna dan menjadi Buddha. Setelah meninggalkan kehidupan istana dan menjalani pencarian spiritual selama bertahun-tahun, ia akhirnya duduk bermeditasi di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India.
Pada usia 35 tahun, Siddhartha mencapai pencerahan agung (Bodhi) setelah mengalahkan berbagai godaan Mara, sang penggoda batin. Ia memahami hakikat penderitaan, penyebabnya, jalan keluar, dan cara mencapainya, yang kemudian dikenal sebagai Empat Kebenaran Mulia (CattΔri AriyasaccΔni) dan Jalan Tengah (Majjhima Patipada).
Peristiwa ini menandai awal dari perjalanan ajaran Buddha yang menyebar ke seluruh dunia.
3. Parinibbana (Wafatnya Buddha)
Peristiwa ketiga adalah Parinibbana, yaitu wafatnya Sang Buddha Gautama pada usia 80 tahun di Kusinara, India. Parinibbana bukan hanya kematian fisik, melainkan juga pelepasan sepenuhnya dari siklus kelahiran dan kematian. Buddha mencapai nirwana akhir, tanpa lagi mengalami penderitaan atau kelahiran kembali.
Wafatnya Buddha menjadi momen reflektif bagi para pengikutnya untuk melanjutkan praktik ajarannya dan tidak bergantung sepenuhnya pada sosoknya, melainkan pada Dharma (ajaran) dan Vinaya (aturan kebhikkhuan).
Asal-usul Perayaan Tri Suci Waisak
Awalnya, peringatan terhadap masing-masing peristiwa dilakukan secara terpisah oleh para pengikut Buddha. Namun, pada tahun 1950, Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists) di Sri Lanka memutuskan untuk menggabungkan ketiga peristiwa tersebut menjadi satu perayaan tahunan yang dikenal sebagai Tri Suci Waisak.
Keputusan ini membantu umat Buddha di seluruh dunia untuk bersama-sama menghormati dan memperingati tonggak-tonggak penting dalam perjalanan hidup Buddha Gautama.
Perayaan Tri Suci Waisak di Indonesia
Di Indonesia, perayaan Waisak biasanya dilaksanakan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Rangkaian acara meliputi:
- Pengambilan air suci dari mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor dari api abadi Mrapen di Kabupaten Grobogan.
- Ritual "Pindapatta", yaitu pemberian dana makanan kepada para bhikkhu oleh umat sebagai bentuk kebajikan.
- Meditasi dan perenungan pada detik-detik puncak bulan purnama, yang merupakan momen sakral dalam perayaan Waisak.
Perayaan Waisak juga dimeriahkan dengan pelepasan lampion sebagai simbol harapan dan doa untuk kedamaian dunia.
Makna Tri Suci Waisak
Tri Suci Waisak bukan hanya peringatan sejarah, tetapi juga momen refleksi spiritual bagi umat Buddha. Perayaan ini mengingatkan umat untuk meneladani ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjalani hidup dengan penuh kasih sayang, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.
Demikian penjelasan mengenai Tri Suci Waisak. Selamat menyambut Waisak bagi umat Buddha!
(des/des)