Kenaikan harga cabai terjadi di sejumlah daerah. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menilai kenaikan harga tersebut masih wajar karena cuaca ekstrem dan bencana yang menerjang daerah penghasil cabai. Kondisi baru dinilai tidak wajar bila yang naik adalah harga bahan lain seperti beras, minyak, hingga telur.
Dilansir detikFinance, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga cabai rawit telah mengalami kenaikan 52,86% pada minggu ketiga Desember 2025 dibandingkan dengan harga November 2025. Kenaikan harga terjadi di 276 kabupaten/kota.
Secara rata-rata nasional, BPS mencatat harga cabai rawit saat ini Rp 66.841/kg, naik dari posisi November Rp 43.728/kg. Angka tersebut telah berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) yang diatur pemerintah Rp 40.000-Rp57.000/kg. Hara cabai rawit tertinggi terjadi di Kabupaten Nduga Rp 200.000/kg, Kabupaten Paniai Rp 176.000/kg, dan Kabupaten Intan Jaya Rp 170.000/kg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal itu, Mentan Amran mengatakan tidak semua daerah mengalami kenaikan harga cabai. Ia menekankan yang terpenting saat ini adalah harga stabil dan stok tersedia.
"Cabai, kemarin yang aku pantau, itu cukup baik. Bahkan turun, karena aku ikuti media. Tetapi karena ini ada bencana ya, hujan, itu cabai naik dikit itu masih wajar. Tetapi yang tidak boleh (harga naik), beras dan minyak goreng, telur dan ayam, karena kita surplus," katanya di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Senin (22/12/2025).
Amran memastikan bahwa harga-harga komoditas lain seperti beras, telur, ayam, dan minyak goreng terkendali dan tidak dijual lebih mahal. Ia mengaku sudah mengecek ke peternakan untuk memantau harga daging ayam dan telur. Kalaupun terjadi kenaikan harga di pasar, ia menilai hal itu karena ada oknum yang sengaja memanfaatkan momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
"Kami cek di peternak, harga ayam telur itu normal. Tidak ada kenaikan. Kami cek langsung dengan peternaknya. Jadi ada yang sengaja mempermainkan (harga di pasaran). Ini yang kita kejar," tegasnya.
Amran memastikan stok beras aman dan melimpah, yakni mencapai 3,53 juta ton. Dengan jumlah tersebut juga, ia menjamin ketersediaan siap untuk kebutuhan sampai Ramadan 2026.
"Stok kita 3,5 juta ton (beras). Itu tertinggi sepanjang sejarah. Jadi nggak ada masalah ramadan, nggak masalah. Minyak goreng juga aman, semua aman," katanya.
Baca selengkapnya di sini.
(des/des)
