Bayar Cicilan Kendaraan Makin Berat, Bahkan yang Bekas Sekalipun

Nasional

Bayar Cicilan Kendaraan Makin Berat, Bahkan yang Bekas Sekalipun

Shafira Cendra Arini - detikKalimantan
Kamis, 14 Agu 2025 19:30 WIB
ilustrasi kredit mobil
Ilustrasi kredit mobil. Foto: dok freepik/xb100
Jakarta -

Kondisi ekonomi yang makin mengkhawatirkan terlihat salah satunya dari tren pembayaran cicilan kendaraan. Banyak orang Indonesia yang dinilai mulai kesulitan membayar kredit mobil dan motor, bahkan mobil bekas sekalipun.

Menurut catatan PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang dikutip detikFinance, rasio kredit bermasalah atau non-performing financin (NPF) pada pembiayaan atau kredit mobil meningkat. Pada Semester I 2025, rasionya naik 0,06 basis poin (bps) dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Yakni dari 1,42% ke 1,48%

Dampaknya, radio kredit macet industri pembiayaan otomatis ikut naik. Nasabah tidak mampu membayar kredit dan berujung pada buruknya angka NPF. Banyak unit kendaraan cicilan yang ditarik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman, salah satu penyebab utamanya yakni kondisi makro ekonomi yang membuat daya beli masyarakat melemah.

"Kondisi makro ekonomi saat ini memang masih mengalami kontraksi, di mana hal ini berimbas kepada daya beli dan daya bayar masyarakat," ujar Ristiawan kepada detikFinance, Kamis (14/8/2025).

Melemahnya daya beli ini juga terlihat pada data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Angka penjualan retail kendaraan turun sebesar 10% dibanding tahun lalu. Pada Semester I 2024, penjualan tercatat sebanyak 432.453 unit. Sementara pada Semester I 2025, penjualan hanya 390.461 unit.

"Untuk itu dapat disimpulkan bahwa fenomena penurunan daya beli masyarakat yang juga berbanding lurus dengan kemampuan daya bayar nasabah yang menurun memang masih terjadi dan kondisi ini cukup mempengaruhi kinerja industri pembiayaan dan juga industri otomotif," jelas Ristiawan.

Ekonom melihat tren ini sebagai 'lampu kuning' bagi ekonomi rumah tangga di Indonesia. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebut masyarakat tidak bisa lagi hanya bergantung pada tabungan, tetapi sudah harus melalui pinjaman dan menggadaikan aset.

"Cicilan yang macet jadi 'lampu kuning' dari kondisi riil ekonomi di masyarakat (Indonesia)," jelasnya, Kamis (14/8/2025).

Bhima menilai masyarakat telanjur mengambil cicilan karena optimistis kondisi ekonomi dapat pulih setelah pandemi Covid-19. Ternyata realitanya berbanding terbalik.

"Masyarakat waktu 2022 kan yakin bahwa ekonomi bisa pulih dibanding pada saat pandemi, ternyata kondisinya makin buruk. Jadi yang terlanjur kredit motor sampai 3 tahun, akhirnya terbentur kenyataan sulitnya bayar cicilan," ujarnya.

Bhima juga menyinggung nilai outstanding pinjol yang naik 600% dalam 5 tahun terakhir. Pegadaian juga mengalami kenaikan tajam. Kondisi diperparah PHK massal di industri padat karya, kebijakan efisiensi anggaran pemerintah, hingga banjir barang impor yang menekan UMKM.

Akhirnya banyak masyarakat yang sudah mencicil kendaraan memilih untuk meminta penundaan bayar cicilan. Sebagian sampai harus rela unit kendaraannya ditarik karena tak mampu melunasi.

"Kalau uangnya sudah tidak cukup dari gaji, mau bagaimana lagi, pastinya telepon ke bank minta penundaan bayar cicilan. Yang terburuk sampai ditarik oleh leasing kendaraannya," sambungnya.

Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad, mengungkap satu lagi biang kerok tren sulit bayar cicilan. Yakni penurunan penghasilan. Penghasilan berkurang, tetapi kewajiban bayar cicilan jalan terus dengan bunga yang semakin tinggi.

Kalaupun tidak terjadi penurunan penghasilan, beban biaya utang mungkin saja meningkat karena hal-hal lain. Akhirnya mereka semakin kesulitan melunasi cicilan demi cicilan.

"Ketika hutang meningkat, memang sebaiknya segera membereskan hutang konsumtif, berhemat mengurangi impulsif belanja, agar keuangan bulanan kita menjadi lebih baik dan bisa mencicil hutang kendaraan ini," ujar Teja.

Baca selengkapnya di detikFinance.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Sri Mulyani soal Inflasi RI Rendah: Tak Terkait dengan Daya Beli"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads