Kisah Miliarder Awal 1990-an Jatuh Miskin

Internasional

Kisah Miliarder Awal 1990-an Jatuh Miskin

Fadhly Fauzi Rachman - detikKalimantan
Rabu, 18 Jun 2025 12:00 WIB
Sirivat Voravetvuthikun, mantan miliarder Thailand yang beralih profesi menjadi penjual roti lapis (sandwich).
Sirivat Voravetvuthikun/Foto: LightRocket via Getty Images/Yvan Cohen
Balikpapan -

Sirivat Voravetvuthikun kini sibuk menjual roti lapis di trotoar Bangkok, Thailand. Padahal dulunya, ia seorang miliarder dan dijuluki 'The Phantom' di dunia saham.

Dikutip detikFinance dari situs Bangkok Post, Sirivat adalah pialang saham yang sukses. Keahliannya dalam memilih saham yang tepat sampai-sampai membuatnya dijuluki 'The Phantom'.

Ia lulusan Universitas Texas di Austin pada 1974. Sirivat kemudian menjabat sebagai CEO di perusahaan investasi Asia Securities pada usia 28 tahun. Setelah 20 tahunan terjun di dunia saham, ia meraup banyak keuntungan hingga menjadikannya salah satu miliarder Thailand pada awal 1990-an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, bisnis investasi Sirivat hancur saat jatuhnya pasar saham Thailand pada 1994. Krisis keuangan yang menyebar ke sebagian besar negara Asia pada 1997 menjadi pukulan terakhir bagi bisnisnya. Terutama proyek kondominium mewahnya di Taman Nasional Khao Yai.

Tidak hanya itu, Sirivat juga terlilit utang yang mencapai US$ 30,4 juta atau setara Rp 492 miliar (kurs Rp 16.200). Ia pun dinyatakan bangkrut pada 2003 dan itu menjadi masa paling sulit bagi dirinya dan keluarga.

"Jadi hidup saya berubah total dari gaya hidup mewah menjadi gaya hidup orang biasa," ujar Sirivat dalam pemberitaan VOA.

Memulai Hidup Baru

Demi bertahan hidup dan membayar utangnya, Sirivat mengesampingkan harga dirinya dan mulai menjajakan sandwich di jalanan Bangkok dengan kotak busa kuning yang tergantung di lehernya. Pada hari pertama berjualan, ia hanya memperoleh US$ 14 atau setara Rp 226 ribu. Penghasilan hariannya juga tak seberapa. Namun itu tak membuatnya patah semangat, Sirivat bersama istri terus berjuang untuk melanjutkan hidup.

Sirivat keluar dari kebangkrutan tiga tahun kemudian dengan perlahan-lahan meningkatkan skala bisnisnya, Sirivat Sandwich, yang diikuti membuka kedai kopi dan usaha katering.

Kisah perjuangan Sirivat menyebar. Ia dikenal sebagai 'Tuan Sandwich' dan bisnis roti lapisnya menjadi terkenal, sebagai simbol harapan dan penolakan menyerah pada takdir.

Berbekal pengetahuan dan pengalamannya, ia mengaku masih melakukan investasi saham di samping bisnis F&B-nya, meski tidak dengan modal sebanyak dahulu.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di detikFinance dengan judul Dulu Kaya Raya, Miliarder Ini Sekarang Jual Roti di Pinggir Jalan.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads