Ketegangan Israel-Iran, Harga Emas Meroket dan Pasar Global Guncang

Ketegangan Israel-Iran, Harga Emas Meroket dan Pasar Global Guncang

Herdi Alif Al Hikam - detikKalimantan
Sabtu, 14 Jun 2025 07:42 WIB
FILE PHOTO: A general view of Abadan oil refinery in southwest Iran, is pictured from Iraqi side of Shatt al-Arab in Al-Faw south of Basra, Iraq September 21, 2019. REUTERS/Essam Al-Sudani/File Photo
Ilustrasi/Foto: REUTERS/Essam Al-Sudani
Jakarta -

Dunia dikejutkan oleh serangan Israel terhadap Iran yang menyasar fasilitas strategis seperti pabrik rudal balistik, instalasi nuklir, hingga posisi militer penting. Serangan ini tak hanya menimbulkan kecemasan regional, tapi juga mengguncang pasar global.

Dikutip dari detikfinance, seperti dilansir Reuters, pada Jumat (13/6/2025) harga minyak melonjak lebih dari 7%. Kenaikan itu mendekati level tertinggi selama berbulan-bulan.

Harga minyak mentah Brent melonjak US$ 5,1, atau sekitar 7,4%, menjadi US$ 74,46 per barel pada pukul 08.43 GMT, setelah mencapai level tertinggi di level US$ 78,50 per barel, ini level tertinggi sejak 27 Januari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS juga naik US$ 5,1, atau 7,5%, menjadi US$ 73,15 per barel setelah mencapai level tertinggi US$ 77,62 per barel, level tertinggi sejak 21 Januari.

Lonjakan ini mencerminkan kekhawatiran pasar akan potensi serangan balasan dari Iran, yang bisa mengganggu pasokan minyak global secara signifikan.

Baca juga:

Sementara itu, dua instrumen safe haven juga mengalami penguatan. Mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) menguat hari ini, indeks dolar, yang mengukur nilai mata uang negeri Paman Sam terhadap sekeranjang mata uang utama, terakhir terlihat 0,42% lebih tinggi pada Jumat pagi. Indeks dolar menyentuh 98,33 poin.

Selanjutnya, harga emas juga ikut meroket di tengah kisruh Israel dan Iran. Harga emas dunia naik menyentuh level tertingginya selama dua bulan berturut-turut.

Melansir dari Reuters, harga emas spot naik 1% menjadi US$ 3.417,59 per ons, pada pukul 08.03 GMT, setelah mencapai titik tertinggi sejak 22 April di awal sesi. Jumlah itu sama besarnya dengan Rp 1,95 juta per gram (dalam kurs Rp 16.200).

Harga emas batangan telah naik lebih dari 3,2% sejauh minggu ini. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 1% menjadi $3.438,00 per ons.

Sementara itu bila melihat di laman Logam Mulia Antam harga emas saat ini mencapai Rp 1,95 juta atau naik Rp 23 ribu secara harian.

Bitcoin dan Bursa Saham Dunia Terseret

Di sisi lain, ketegangan ini memberikan tekanan besar pada aset berisiko. Bitcoin anjlok di bawah US$ 105.000, seiring likuidasi besar-besaran yang mencapai US$ 1,148 juta, menurut data Coinglass. Volume perdagangan Bitcoin pun menyentuh US$ 369 miliar.

Sementara itu Altcoin pun ikut rontok. Ethereum turun 9,5%, XRP turun 5,71%, dan Solana merosot 10,16%.

Penurunan tersebut memberi sinyal lebih hati-hati bagi pasar, apalagi saat pergerakan saat ini tampak mirip dengan yang terjadi pada Januari 2025.

Baca juga: Bursa Saham AS Rontok Buntut Serangan Israel ke Iran

Pasar saham global tak luput dari tekanan. Di Asia-Pasifik, bursa-bursa utama mengalami pelemahan serentak.

Dimulai dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), melansir data RTI, Jumat (13/6/2025), IHSG dibuka pada level 7.191,12. Konsisten bergerak di zona merah sepanjang hari, akhirnya IHSG ditutup melemah 38,31 poin atau 0,53% ke posisi 7.166,07.

Sepanjang perdagangan Jumat, IHSG terpantau sempat menyentuh angka tertinggi 7.192.663. Nilainya juga sempat menyentuh posisi terendah 7.149.610.

Sementara itu, dilansir dari CNBC, indeks acuan Jepang, Nikkei 225, mengakhiri perdagangan Jumat dengan penurunan 0,89% pada level 37.834,25 sementara indeks Topix turun 0,95% menjadi 2.756,47.

Kemudian, di Korea Selatan indeks Kospi turun 0,87% dan ditutup pada level 2.894,62 sementara indeks Kosdaq yang berkapitalisasi kecil turun 2,61% menjadi 768,86. Selanjutnya, indeks S&P/ASX 200 Australia mengakhiri hari dengan penurunan 0,21% pada level 8.547,40.

Berlanjut ke Hong Kong, Indeks Hang Seng turun 0,59% menjadi 23.892,56. Sementara CSI 300 China berakhir 0,72% lebih rendah pada 3.864,18.

Bursa saham Amerika Serikat saat pembukaan perdagangan Jumat (13/6/2025) di zona merah. Ketegangan di Timur Tengah yang kaya minyak kembali bangkit usai peristiwa tersebut. Kondisi ini juga memukul sentimen risiko di seluruh pasar global.

Melansir Reuters, Jumat (13/6/2025), Dow Jones Industrial Average (.DJI), turun 388,1 poin, atau 0,90%, pada pembukaan menjadi 42.579,48. S&P 500 (.SPX), turun 44,7 poin, atau 0,74%, pada pembukaan menjadi 6.000,56.

Sementara itu, Nasdaq Composite (.IXIC), turun 211,6 poin, atau 1,08%, menjadi 19.450,925 pada bel pembukaan.




(hal/err)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads