Peternak sapi di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, mengeluhkan kelebihan stok sapi yang masuk ke wilayahnya jelang Idul Adha. Kekhawatiran ini muncul karena pengalaman tahun sebelumnya, banyak sapi tidak terjual akibat pasokan yang berlebihan.
Watu Soegih (55), seorang peternak sapi, mengungkapkan bahwa pada 2024 stok sapi di Tarakan overload, menyebabkan sejumlah penjual sapi merugi.
"Rugi, kasihan petani. Belum ongkos rawatnya, belum ongkos pakan, belum lagi ongkos yang merawat sapi," keluhnya kepada detikcom, Jumat (16/5/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Watu, pemerintah seharusnya turun ke lapangan untuk mendata sisa stok sapi di 2024. Data ini bisa menjadi acuan untuk mengatur jumlah sapi yang masuk ke Tarakan agar peternak tidak merugi. Ia juga menyebutkan bahwa sapi asal Gorontalo akan kembali masuk ke Tarakan dalam waktu dekat.
Watu mengaku memiliki 25 ekor sapi resmi yang didatangkan dari Gorontalo. Sapi-sapi ini telah melalui proses karantina dan vaksinasi, ditandai dengan tindik di telinga.
Untuk menjaga kualitas, ia memberikan pakan berkualitas seperti rumput, dedak, dan garam. Harga jual sapi miliknya mulai dari Rp 24 juta hingga Rp 25 juta per ekor. Namun, biaya operasional seperti ongkos pencari pakan rumput Rp 150 ribu untuk tiga orang turut membebani.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalimantan Utara (Kaltara), Surianto Samuel Taro memastikan bahwa stok sapi kurban di wilayahnya saat ini cukup.
"Ketersediaan sapi kurban sampai sekarang bagus. Kami minta laporan mingguan dari kabupaten/kota, dan data menunjukkan stok bisa mengantisipasi kebutuhan Idul Adha," ujar Samuel kepada detikcom.
Dinas bekerja sama dengan Petugas Otoritas Veteriner (POV) di setiap kabupaten/kota untuk memantau sapi yang masuk, termasuk dari Gorontalo dan Samarinda. Meski data lengkap masih dikumpulkan oleh POV Bulungan, pasokan sapi dipastikan aman.
"Kami koordinasi dengan POV provinsi lain. Sapi dari luar masuk melalui sistem online, dicek karantina, dan lolos uji ELISA serta PCR," jelasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Tarakan, Wikan Addi Cahya, mengungkapkan bahwa pada 2025, sekitar 900 ekor sapi masuk ke Tarakan. Namun, 250 ekor di antaranya dialihkan ke Tanjung Selor.
"Sisa sapi tidak terjual biasanya masuk ke peternak. Stok sapi layak kurban di peternak lokal sekitar 700 ekor," katanya.
Baca juga: Mamalia Mirip Sapi yang Langka di Kalimantan |
Kebutuhan sapi kurban di Tarakan diperkirakan mencapai 1.500 ekor. Menurut Wikan, masih akan ada tambahan sekitar 200 ekor sapi yang masuk. Ia menegaskan bahwa pembatasan sapi masuk justru dapat merugikan masyarakat.
"Jika sapi terbatas, harga melonjak tinggi dan masyarakat tidak punya banyak pilihan hewan kurban," ujarnya.
Wikan menjelaskan bahwa sapi yang tidak terjual sebagian dibeli peternak lokal atau dipotong untuk kebutuhan harian. Harga sapi di Tarakan yang cenderung tinggi mendorong masuknya sapi dari luar.
"Peternak penggemukan biasanya mengharapkan lonjakan harga saat Idul Adha, sementara masyarakat menginginkan stabilitas harga," tambahnya.
(des/des)