Trump Ngamuk ke China, Bakal Patok Tarif Impor 104%

Internasional

Trump Ngamuk ke China, Bakal Patok Tarif Impor 104%

Shafira Cendra Arini - detikKalimantan
Rabu, 09 Apr 2025 14:31 WIB
President Donald Trump walks toward the Oval Office after signing an executive order at an event to announce new tariffs in the Rose Garden of the White House, Wednesday, April 2, 2025, in Washington. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Donald Trump (Foto: AP/Mark Schiefelbein)
Jakarta -

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kian memanas. Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan tarif yang sangat tinggi sebesar 104% untuk semua produk impor asal China mulai hari ini, Rabu (9/4/2025).

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt yang mengumumkan rencana tersebut pada hari Selasa tengah malam, waktu setempat. Kondisi ini menandai babak baru dari perang dagang antara kedua ekonomi terbesar dunia itu.

Sebagaimana dilansir dari CNN Business, Rabu (9/4/2025), China telah bersiap untuk menaikkan tarif sebesar 34% sebagai bagian dari paket tarif 'timbal balik' untuk Trump. Dalam hal ini, Trump sebelumnya menetapkan tarif resiprokal untuk China sebesar 34%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump pun akhirnya kembali membalas dengan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% setelah Beijing tidak menarik kembali janjinya untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34% pada barang-barang AS. Ia juga menambahkan bea masuk tambahan sebesar 84%.

Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa mereka menentang keras tarif tambahan sebesar 50% untuk impor China. Mereka menyebutnya sebagai 'kesalahan demi kesalahan' dan berjanji untuk meningkatkan tindakan balasannya terhadap ekspor AS.

Saham AS, yang sebelumnya melonjak pada Selasa pagi, mulai bergerak turun setelah komentar Leavitt. Pada pukul 3 sore ET, Dow, Nasdaq, dan S&P 500 semuanya berada di wilayah negatif.

"Negara-negara seperti China, yang telah memilih untuk membalas dan mencoba menggandakan perlakuan buruk mereka terhadap pekerja Amerika, telah melakukan kesalahan," kata Leavitt kepada wartawan pada Selasa.

"Presiden Trump memiliki tulang punggung baja, dan dia tidak akan menyerah," sambungnya.

Leavitt sendiri berpandangan, China ingin membuat kesepakatan, namun tidak mengetahui bagaimana cara melakukannya. Namun ia menolak untuk membagikan apakah ada persyaratan tertentu yang akan dipertimbangkan Trump untuk menurunkan tarif pada China.

Trump awalnya mengenakan tarif 10% pada semua barang China pada bulan Februari, tanpa pengecualian. Keputusan ini dikaitkan dengan dugaan peran negara itu dalam membantu imigrasi ilegal dan memasukkan fentanil ke AS. Bulan lalu, dia menggandakan tarif tersebut.

China merupakan sumber impor terbesar kedua Amerika tahun lalu, dengan total pengiriman barang senilai US$ 439 miliar ke AS, sementara AS mengekspor barang senilai US$ 144 miliar ke China. Tarif bersama tersebut mengancam akan merugikan industri dalam negeri dan berpotensi mengakibatkan PHK.

Menurut Analisis Peterson Institute for International Economic, ketika masa jabatan pertama Trump berakhir, AS mengenakan tarif rata-rata sebesar 19,3% untuk barang-barang China. Pemerintahan Biden mempertahankan sebagian besar tarif Trump sambil juga menambahkan tarif tambahan, sehingga tarif rata-rata menjadi 20,8%.

Pada hari Rabu, total tarif rata-rata untuk ekspor China ke AS akan melonjak hingga hampir 125%.

Meskipun putaran tarif China sebelumnya menyebabkan lebih banyak bisnis Amerika beralih ke negara asing lain seperti Meksiko dan Vietnam untuk memproduksi barang, China tetap menjadi sumber asing teratas untuk beberapa barang.

Adapun produk tersebut antara lain, mainan, peralatan komunikasi seperti telepon pintar, komputer, dan berbagai barang elektronik konsumen lainnya. Semua barang ini kemungkinan akan segera membebani konsumen AS secara substansial.




(mud/mud)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads