Rupiah Diprediksi Babak Belur Saat Perang Dagang Dimulai Besok

Rupiah Diprediksi Babak Belur Saat Perang Dagang Dimulai Besok

Amanda Cristabel - detikKalimantan
Selasa, 01 Apr 2025 21:22 WIB
Rupiah semakin melemah di hadapan dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 16.178 siang ini, Selasa (16/4/2024).
Ilustrasi (Foto: Andhika Prasetia)
Balikpapan -

Rupiah diprediksi akan melemah dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang akan menerapkan tarif impor ke semua negara termasuk Indonesia.

Pernyataan lengkap soal tarif yang rencananya akan diumumkan Rabu, 2 April 2025, dapat berpengaruh pada pergerakan harga emas hingga kian melemahnya Rupiah.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kebijakan Trump ini dapat memantik terbangnya harga emas. Tidak cuma itu, Ibrahim bilang, kebijakan Trump ini juga berpotensi melemahkan rupiah hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada ketakutan saya, Rupiah ini akan mendekati Rp 17 ribu (per US$ 1). Karena kita tahu bahwa pasar pun juga masih libur sampai tanggal 7 April. Bank Indonesia pun juga tidak melakukan intervensi di pasar. Ini kemungkinan besar Rupiah pun juga akan melemah," kata Ibrahim kepada detikcom, Selasa (1/4/2025)..

"Dari kebijakan ini, pasti yang akan terasa nanti adalah barang-barang impor. Karena batu bara, nikel, CPO (crude palm oil) ini pun juga masuk di Amerika. Artinya, pada saat nanti mereka masuk dan kena biaya impor, anggaplah 25% harganya akan dinaikkan. Berarti, pemerintah Indonesia harus mencari pasar baru," ungkapnya.

Belum ada kejelasan apakah Indonesia akan dikenakan tarif impor juga oleh AS. Namun Ia menilai, pemerintah perlu melakukan persiapan dalam menghadapi kebijakan perang dagang besutan Trump ini.

"Kita belum tahu nanti pernyataan (Trump) besok, apakah Indonesia akan kena juga terhadap perang dagang ini? Kita tahu sendiri, bahwa saat ini Indonesia pun juga sedang mengalami permasalahan ekonomi. Bukan hanya Indonesia, hampir semua negara. Apalagi nanti seandainya Indonesia masuk dalam kancah negara-negara yang surplus, ini pun juga harus siap-siap pemerintah melakukan tanggapan secepatnya," ungkapnya.

Ibrahim menilai, neraca perdagangan Indonesia dengan AS juga bisa terganggu. Meski, tidak menutup kemungkinan Indonesia juga bisa melirik potensi keuntungan dari kebijakan AS ini.

"Masalah perang dagang di 2 April itu, saya sebagai seorang pengamat sudah empis-empisan bahwa ini akan terjadi seperti ini. Apalagi, defisit fiskal yang kemungkinan besar akan melebar," tutupnya.




(mud/mud)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads