Taukah detikers kalau Kalimantan juga berdiri di atas patahan kerak bumi atau yang biasa disebut sesar? Yup, meskipun relatif terkenal dengan pulau yang aman dari gempa, nyatanya Kalimantan juga masih dilanda gempa kecil karena terdapat sesar di sepanjang timur dan selatan pulau ini.
Dalam beberapa dekade terakhir, kajian geologi dan pemantauan seismik menunjukkan adanya beberapa sesar lokal yang harus diwaspadai, termasuk Sesar Tarakan, Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, Sesar Meratus, dan Sesar Paternoster yang memerlukan perhatian untuk mitigasi kebencanaan dan perencanaan pembangunan nantinya.
Yuk, kita bahas satu per satu apa saja sesar yang ada di Kalimantan, di mana letaknya, serta risiko yang harus diwaspadai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Sesar?
Mengutip BRIN, sesar atau patahan adalah rekahan di kerak bumi tempat dua blok batuan saling bergerak. Pergeseran pada sesar inilah yang menghasilkan gempa lokal si suatu wilayah. Meskipun Kalimantan tidak berada di zona subduksi yang menjadi penyebab utama gempa besar di Indonesia, keberadaan sesar tetap penting karena pergerakan sesar dangkal dapat menimbulkan gempa yang berpotensi merusak.
BMKG menekankan bahwa Kalimantan walaupun dikatakan aman dari gempa, tetapi bukan berarti tanpa risiko, sehingga pemetaan dan pemantauan sesar lokal adalah langkah mitigasi yang wajib dilakukan.
Sesar-sesar di Kalimantan
1. Sesar Tarakan
Sesar Tarakan berada di bagian utara Kalimantan (Kalimantan Utara) dan menjadi salah satu sesar yang paling mendapat perhatian setelah sejumlah gempa tercatat di sekitar Tarakan sejak era 1920-an hingga gempa dangkal pada 2025. Sesar ini dilaporkan membentang dari daratan menuju lepas pantai dan memiliki rekaman aktivitas geologi yang bisa menimbulkan gempa berintensitas menengah hingga kuat.
Secara geologi, Sesar Tarakan dilaporkan membentang dari daratan menuju lepas pantai, mengikuti zona tektonik yang memanjang di timur laut-barat daya. Struktur ini termasuk sesar aktif bertipe geser (strike-slip) dengan potensi menghasilkan gempa berintensitas menengah hingga kuat apabila terjadi pelepasan energi pada segmen patahannya.
BMKG dan beberapa penelitian mengidentifikasi Tarakan sebagai zona dengan aktivitas gempa tertinggi di Kalimantan, sehingga penguatan pemantauan dan kesiapsiagaan setempat terus ditingkatkan.
2. Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat
Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat seringkali muncul dalam berbagai studi geologi karena keduanya memengaruhi konfigurasi geologi delta dan cekungan di Kalimantan Timur. BMKG dan para peneliti pun menganggap kedua sesar ini sebagai bagian dari sistem patahan yang lebih kompleks, Mangkalihat bahkan disebut sebagai perpanjangan dari sistem yang berkaitan dengan sesar Palu-Koro, sehingga keberadaannya sangat penting untuk kajian hazard assessment, khususnya di daerah pesisir dan cekungan sedimen.
Selain itu, keberadaan sesar Mangkalihat juga penting dalam memahami pola tegangan (stress field) di sekitar semenanjung Mangkalihat dan wilayah pesisir timur Borneo. Sementara Sesar Maratua yang berada di sekitar Pulau Maratua dan cekungan-cekungan sedimen offshore turut memengaruhi deformasi lokal yang menjadi zona sensitif bagi aktivitas tektonik.
Kajian oleh Pusgen juga menyebut bahwa sesar-sesar ini punya potensi magnitudo maksimum tertentu hingga kisaran M 6-7 pada skenario worst-case yang dihitung secara deterministik, sehingga pemetaan zona rawan harus terus diperbarui.
3. Sesar Meratus dan Sesar Paternoster
Sesar Meratus membentang di Kalimantan Selatan dan behubungan langsung dengan struktur pegunungan Meratus. Sementara itu Sesar Paternoster juga masuk daftar sesar yang dimonitor di sekitar cekungan yang menjadi perhatian untuk perencanaan infrastruktur.
Patahan ini dikenal sebagai sesar aktif yang pada 13 Februari 2024 terdeteksi gempa bermagnitude 4,7 dengan kedalaman dangkal (~10 km) di Kabupaten Banjar yang pusatnya diperkirakan dari Sesar Meratus. Gempa tersebut menyebabkan kerusakan bangunan di Desa Sungkai Baru, Kecamatan Simpang Empat.
Menurut Badan Geologi (ESDM), Sesar Meratus terbentuk sejak zaman pra-Tersier namun telah mengalami reaktivasi, sehingga diklasifikasikan sebagai sesar aktif. Arah sesar ini relatif utara-timur laut hingga selatan-barat daya, dan panjangnya diperkirakan lebih dari 100 km.
Sementara itu, Sesar Paternoster juga disebut dalam peta sesar aktif di Kalimantan, terutama di wilayah bagian timur hingga tenggara. Blok tektonik Paternoster disebut sebagai bagian dari struktur geologi lama di Kalimantan yang membentuk batas antara mikrokontinen di kawasan tersebut.
Sesar ini masuk dalam daftar sesar yang dimonitor ketika merencanakan pembangunan infrastruktur besar, terutama di area cekungan dan pesisir, mengingat potensi deformasi lokal walau aktivitasnya tidak seintens zona subduksi.
Risiko yang Dihadapi Kalimantan
Kajian seismotectonic yang dilakukan menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat seismisitas Kalimantan lebih rendah dibanding pulau-pulau di jalur subduksi, tetapi analisis probabilistik juga menegaskan adanya microseismicity di beberapa segmen sesar utara dan timur.
Pengukuran geodetik (GPS) melaporkan laju deformasi yang relatif rendah, tetapi pemantauan seismik yang semakin rapat sejak 2019-2025 mengungkap kejadian-kejadian kecil berulang yang menandai aktivitas patahan-patahan lokal. Data ini juga didukung oleh laporan BMKG yang menunjukkan Kalimantan semakin sering dilanda gempa kecil hinga akhir 2025.
Warga di wilayah pesisir utara (Tarakan, Bunyu), kawasan timur (Kutai, Mangkalihat), dan zona Meratus perlu menyadari bahwa meskipun Kalimantan jarang mengalami gempa besar, kemungkinan gempa lokal tetap ada.
Itu dia berbagai sesar yang terselip di bawah tanah Kalimantan. Keberadaannya harus diwaspadai sebagai langkah awal dari kesiapan mitigasi bencana. Semoga bermanfaat.
Simak Video "Video: Gempa M 6,9 Guncang Filipina, Korban Tewas Jadi 26 Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
