Alasan Prabowo Wacanakan Batasi Game Online Usai Ledakan SMAN 72

Nasional

Alasan Prabowo Wacanakan Batasi Game Online Usai Ledakan SMAN 72

Nafilah Sri Sagita K - detikKalimantan
Senin, 10 Nov 2025 14:30 WIB
Anggota Brimob menjaga kawasan SMA Negeri 72 Kelapa Gading setelah terjadi ledakan, Jumat (7/11/2025).  Ledakan diduga bersumber dari speaker di area masjid sekolah.
SMAN 72 Jakarta. Foto: Gilang Faturahman
Jakarta -

Wacana pembatasan permainan daring atau game online disuarakan Presiden Prabowo Subianto. Wacana kebijakan ini muncul setelah insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta yang diduga dipicu oleh tindakan bullying.

Dilansir detikHealth, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan keinginan Prabowo tersebut usai mendampingi Prabowo di kawasan Kertanegara, Jakarta Selatan pada Minggu (9/11) malam.

Keinginan tersebut berangkat dari dugaan bahwa ledakan di SMAN 72 dipengaruhi oleh kebiasaan main game online, terutama game dengan unsur kekerasan. Prabowo menyoroti dampak negatif sejumlah game online yang dapat mempengaruhi perilaku generasi muda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beliau tadi menyampaikan bahwa kita perlu memikirkan bagaimana cara membatasi dan mencari solusi terhadap pengaruh-pengaruh dari game online. Tidak menutup kemungkinan ada game online yang di dalamnya terdapat hal-hal yang kurang baik dan bisa mempengaruhi generasi kita ke depan," katanya, dikutip Antara.

Salah satu game yang dimaksud yakni PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Game tersebut dinilai berpotensi memberi pengaruh negatif bagi pemain karena menampilkan berbagai jenis senjata dan adegan kekerasan.

"Misalnya, contoh PUBG, di situ banyak jenis senjata yang mudah sekali dipelajari. Ini berbahaya karena bisa menumbuhkan kebiasaan melihat kekerasan sebagai hal yang wajar," ujarnya.

Prasetyo pun menyatakan pemerintah tengah memikirkan pembatasan terhadap jenis permainan online tertentu yang mengandung unsur kekerasan. Selain itu, pemerintah menyoroti kemungkinan faktor lain yang dinilai dapat memicu kekerasan di lingkungan sekolah, yakni perundungan atau bullying.

Ia menegaskan agar seluruh pihak, mulai dari tenaga pendidik hingga siswa, menghindari perilaku negatif yang dapat berakibat buruk seperti bullying. Ia juga mengingatkan agar para guru dan tenaga pendidik lebih awas terhadap tanda-tanda mencurigakan di lingkungan sekolah yang mengarah pada kekerasan.

"Kita sebagai sesama anak bangsa harus menghindari hal-hal yang tidak baik, seperti aksi bullying," katanya.

Artikel ini telah tayang di detikHealth.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads