Pilu Raya Kehilangan Nyawa Setelah Cacing Bersarang di Tubuhnya

Regional

Pilu Raya Kehilangan Nyawa Setelah Cacing Bersarang di Tubuhnya

Syahdan Alamsyah - detikKalimantan
Selasa, 19 Agu 2025 09:37 WIB
Rumah Raya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan
Rumah Raya dan keluarga. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar
Balikpapan -

Sebuah video berdurasi sembilan menit viral di Sukabumi, Jawa Barat. Dalam narasi video diketahui bocah empat tahun bernama Raya itu meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi ribuan cacing gelang (askariasis).

Tayangan yang diunggah akun Rumah Teduh itu kini sudah ditonton lebih dari 9,8 juta kali di Facebook. Raya dirawat di ICU tanpa identitas kependudukan maupun kartu BPJS.

Kondisinya kritis hingga ada cacing yang keluar dari hidung, mulut, dan anus. Dalam video itu terlihat ada cacing ditarik dari hidung Raya dalam kondisi hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari detikJabar, Raya tinggal bersama keluarganya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Raya tinggal bersama ayahnya Udin dan ibunya Endah serta kakak perempuannya berusia 7 tahun.

Mereka tinggal di rumah semi panggung dengan dinding papan GRC. Dari kolong rumah, ayam-ayam peliharaan mondar-mandir sementara di halaman depan, tanah jadi tempat bermain anak-anak. Di situ pula, semasa hidupnya, Raya bocah tiga tahun yang videonya viral karena disebut dipenuhi ribuan cacing sering bermain.

Edah (40), kerabat korban itu pertama kali melaporkan kondisi Raya sakit-sakitan. Ia lah yang menghubungi relawan Rumah Teduh.

"Saya masih saudara, saya yang bawa ke relawan Rumah Teduh, rumah sakit. Saya laporan ke relawan kan disuruh dibawa ke rumah sakit ke dokter anak. Dia kan enggak punya apa-apa, enggak punya KK, enggak punya BPJS. Saya coba video-in itu ke relawan, kata relawan punya BPJS gak, enggak. Udah gitu siap ke sini, dibawa lah langsung sama saya ke situ. Raya dijemput sama relawan untuk pengobatan," ujarnya.

Edah menceritakan dirinya menyaksikan langsung ketika cacing sepanjang 15 sentimeter keluar dari tubuh Raya tepatnya di bagian hidung. Saat itu tubuh lemah Raya terbaring di IGD.

"Iya, satu dari hidung mah emang itu ada, saya lihat. Saya kira itu alat dari rumah sakit. Katanya ibu itu ada apa dari rumah sakit bukan, enggak tau katanya. Bukannya di sini enggak pasang. Eh saya mah enggak pasang kata perawat. Pas dilihat uteuk-utekan itu cacing," ucap Edah.

Menurutnya, keluarga awalnya tidak tahu pasti penyakit Raya. Edah juga kaget saat terungkap bahwa ditemukan banyak cacing di tubuh Raya.

"Cuman bilang asalnya cuman paru, kirain cuma satu cacing itu aja. Taunya banyak, saya juga dilihatin sama relawan saat mengantar jasad Raya. Katanya diliatin tuh ini hasil scan, ronsen banyak cacing, gitu doang," lanjutnya.

Edah juga mengisahkan bagaimana Raya akhirnya dibawa ke rumah sakit. Ia yang pertama kali melapor kepada relawan Rumah Teduh karena kondisi Raya semakin parah.

Sementara itu diketahui dari bidan desa yang merawat Raya, bocah kecil tersebut sejak awal sudah mendapat perhatian medis dan bantuan dari desa. Dalam istilah medis, Raya selalu berada di kondisi BGM atau Bawah Garis Merah. Artinya, kondisi Raya gizi buruk atau kurang gizi dengan berat badan anak berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

Sarah (25), bibi yang ikut mengasuh Raya, tak kuasa menahan tangis ketika mengenang keponakannya itu. Hampir setiap hari Raya bermain bersama anaknya.

"Biasanya kan sehari-hari gaul sama anak-anak, emang telat jalannya, tapi biasa main. Waktu hari Jumat masih main, hari Sabtu dibawa berobat. Gak bilang cacingan sih, bilangnya dokter paru, batuk. Hari Minggu dibawa lagi ke klinik, bilangnya paru, langsung ke dokter anak," tutur Sarah kepada detikJabar, Senin (18/8/2025).

Sarah mengaku sempat membawa Raya berobat ke sebuah klinik di Kalapanunggal. Saat itu dokter menyebut Raya mengidap TB.

Tak ada yang menduga penyakit Raya ternyata lebih parah. Keluarga baru tahu setelah bocah malang itu meninggal dunia. Menurutnya, Raya memang kerap bermain di tanah dan terlihat kotor sehari-harinya.

"Dari pola hidup suka main di tanah si anak, di dapur suka cumang cemong, emang iya sehari-harinya begitu," katanya lirih. Ia menambahkan Raya tak memiliki BPJS dan identitas administrasi kependudukan.

"Awalnya gak punya apa-apa. Sekarang kondisinya keluarga udah mengajukan," ucap Sarah.

Sementara itu, Endah (30), ibunda Raya, duduk dengan tatapan kosong. Dalam video yang viral menyebut Endah mengalami gangguan mental, begitu pula suaminya, Udin.

"Kan tadinya (Raya) suka main di tanah. Katanya jangan suka digendong mulu, nanti lumpuh. Akhirnya didiamkan saja di bawah. Sakit udah lama sih, sama kayak saya, sesak, batuk," ucap Endah.

Endah mengaku tak pernah membawa Raya ke rumah sakit atau puskesmas. Perawatan hanya dilakukan dengan cara tradisional.

"Belum pernah ke rumah sakit, belum pernah dibawa ke puskesmas. Jadi kalau sakit, Raya dimandiin aja pakai air hangat, pakai daun singkong, kan suka pilek. Tradisional lah," katanya.

"Sedih. Perasaannya ya gitu lah, kayak ditinggal orang tua. Kalau bahasa Sunda-nya ditewak helang," ujarnya, menahan air mata.

Kisah Raya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan warga sekitar. Di tengah keterbatasan ekonomi, akses kesehatan, dan kondisi keluarga yang rapuh, bocah kecil itu pergi terlalu cepat.

Tempat makam Raya terletak hanya sekitar 150 meter dari rumah panggungnya, persis di tepi jalan raya yang ramai dilintasi kendaraan. Nisan kecil sederhana itu berdiri di tanah merah yang masih basah, kontras dengan hiruk pikuk jalan di sampingnya.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads