Rahmat Putra (18), seorang pemuda di Makassar ini menceritakan pengalamannya menjalani prosedur cuci darah atau dialisis sejak berusia 15 tahun. Kisahnya viral di media sosial TikTok.
Ia didiagnosis oleh dokter mengidap gagal ginjal kronis stadium 5. Rahmat menceritakan, kejadiannya berawal di tahun 2022.
Semenjak saat itu, ia harus fokus menjaga kondisi kesehatannya cuci darah sebanyak 3 kali seminggu. Rahmat bercerita, diagnosis didapat setelah ia mengalami kejang-kejang dan dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada saat itu saya didiagnosis gagal ginjal kronis sejak umur 15 tahun, awal masuk SMA. Kata dokter dikarenakan ada kelainan di ginjal saya ditambah gaya hidup yang tidak sehat," cerita Rahmat dikutip dari detikHealth.
"Ginjal saya mengecil dan hanya satu yang berfungsi, yang sisa satu itupun fungsinya sudah di bawah 15 persen," sambungnya.
Dokter yang memeriksa saat itu menemukan kedua ginjal Rahmat memiliki kelainan, ukurannya lebih kecil daripada ukuran ginjal pada umumnya. Bahkan, mereka menyebut ukuran ginjalnya seperti ginjal anak-anak.
Karena fungsi ginjal yang tersisa hanya di bawah 15 persen, Rahmat akhirnya harus menjalani cuci darah sejak 2022 hingga saat ini. Diperkirakan dia sudah cuci darah sekitar 310 kali.
"Untuk saat ini saya tidak lanjut kuliah dikarenakan kondisi saya dan saya fokus berobat. Saya cuci darah setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat," cerita Rahmat.
Selain memiliki kelainan pada ginjal, Rahmat mengakui gaya hidupnya saat itu juga kurang baik. Ia mengaku mengonsumsi minuman manis kemasan setiap hari dan sering begadang karena suka nonton pertandingan bola.
"Pertama itu jarang minum air putih, lebih milih minum minuman kemasan, padahal ginjal butuh air putih buat kerjanya lebih maksimal. Kesalahan kedua itu suka makan keripik asin gurih, makanya tensi gue naik di 162/93 waktu awal sakit. Itu cukup tinggi untuk anak berusia 15 tahun," ceritanya.
"Kesalahan ketiga sering begadang dan tidur di atas jam 11 malam. Padahal waktu istirahat ginjal itu waktu kita tidur. Jadi kalau kita begadang, ginjal kita otomatis akan kerja," tambah Rahmat.
Sebelum didiagnosis gagal ginjal kronis, Rahmat mengatakan dirinya sempat mengalami gejala-gejala awal berkaitan dengan kesehatannya. Namun, ia mengabaikan gejalanya lantaran tanda-tandanya dirasa ringan.
Beberapa gejala yang dialaminya seperti kelelahan dan lemas meski istirahat cukup, mual dan muntah, wajah pucat, jarang buang air kecil, hingga dada sering berdebar meski tidak melakukan aktivitas berat.
"Terus pipi saya bengkak apalagi kalau habis bangun tidur. Salahnya, waktu itu masih saya cuekin, padahal itu tanda-tanda ginjal sudah mulai rusak. Ginjal rusak itu nggak selalu sakit, tapi dia ngasih sinyal halus," ceritanya.
Rahmat berharap apa yang dialaminya saat ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua orang. Orang tua mungkin juga bisa lebih memerhatikan makanan atau minuman yang dikonsumsi anak.
Menurutnya ada beberapa makanan yang dianggap biasa, padahal bisa memicu masalah kesehatan jika dikonsumsi terlalu banyak. Rahmat juga mengimbau orang-orang untuk menjaga aktivitas fisik untuk menjaga kondisi tubuh.
"Lebih dijaga makanan yang dikonsumsi anak-anak batasi konsumsi nugget, sosis, daging kaleng, dan mie instan atau jajan-jajan ciki karena itu tinggi kandungan garam dan bahan pengawet. Batasi konsumsi minuman manis, bersoda, dan yang harus paling dihindari energy drink jika dikonsumsi anak," kata Rahmat.
(aau/aau)