Seorang Wanita Gen Z di China Terus-terusan Orgasme, Begini Awalnya

Internasional

Seorang Wanita Gen Z di China Terus-terusan Orgasme, Begini Awalnya

Suci Risanti Rahmadania - detikKalimantan
Senin, 11 Agu 2025 11:02 WIB
Asian woman has stomachache while she meeting with her friend in cafe.
Ilustrasi/Foto: Thinkstock
Balikpapan -

Wanita berusia 20 tahun di China orgasme terus-menerus. Ia yang tak disebutkan namanya mengalami gejala yang tak berhubungan dengan hasrat seksual, namun sangat mengganggu kehidupannya.

Pada usia 12 tahun, wanita tersebut memiliki riwayat epilepsi yang ditandai dengan hilangnya kesadaran episodik tanpa kejang, jatuh, atau inkontinensia. Pada fase terparah, ia mengalami 2-3 kali kejang per hari, masing-masing berlangsung kurang lebih 10 menit.

Kemudian pemeriksaan elektroensefalogram (EEG) menunjukkan gelombang epilepsi, sehingga diagnosis epilepsi ditegakkan, dan pasien menjalani terapi rutin selama 6 tahun. Atas saran dokter, pengobatan dihentikan, dan sejak itu tidak ada kekambuhan gejala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun di usia 14 tahun, mulai muncul gejala kecurigaan berlebihan, seperti merasa orang lain memiliki kemampuan melihat pikiran dan mengetahui isi pikirannya, disertai perasaan tertekan hingga mengganggu kelanjutan studi.

Setahun berselang, pasien tersebut dirawat di departemen psikiatri untuk pertama kalinya dan mendapat pengobatan. Tidak lama kemudian, ia mulai merasakan sensasi seperti aliran listrik dari perut bawah ke perut atas, disertai kontraksi rahim atau otot panggul, mirip dengan orgasme. Gejala ini muncul beberapa kali sehari, berlangsung beberapa detik, dan terjadi secara berkala.

Ia kemudian mencari pertolongan medis di salah satu rumah sakit di China. Kondisinya saat itu sudah begitu parah hingga episode orgasme muncul bahkan saat wawancara medis berlangsung.

Hasil pemeriksaan, termasuk pemantauan EEG dan tes lain, menyingkirkan kemungkinan epilepsi dan gangguan neurologis lainnya. Para ahli saraf sempat buntu, hingga ia diberi obat antipsikotik untuk meredakan gejalanya. Wanita tersebut kemudian didiagnosis mengidap persistent genital arousal disorder (PGAD), kondisi yang masih jarang dipahami dan belum memiliki standar pengobatan baku.

Setelah beberapa minggu menjalani pengobatan, gejala pasien menjadi lebih jarang dan tidak separah sebelumnya. Ia kembali bekerja dan bersosialisasi. Namun, saat menghentikan obat, gejalanya kambuh. Selama ia melanjutkan terapi antipsikotik, kondisinya tetap stabil.

Kasus ini dipublikasikan di AME Case Reports. Para penulis menyimpulkan sistem dopamin mungkin berperan penting dalam kelainan sensorik yang melibatkan sistem saraf pusat, dan pengobatan dengan obat antipsikotik dapat menjadi salah satu pendekatan terapi untuk Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD).

Apa Itu PGAD?

Dikutip detikHealth, dari WebMD, PGAD adalah kondisi langka saat pengidapnya mengalami rangsangan genital yang tidak diinginkan dan tidak hilang meski sudah mengalami orgasme. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat membahayakan kesehatan mental, menurunkan kualitas hidup, dan mengganggu kemampuan untuk menjalin hubungan seksual yang sehat.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita, namun diperkirakan hanya memengaruhi sekitar 1 persen dari mereka. PGAD tergolong kondisi medis yang relatif baru, pertama kali diberi nama pada tahun 2001. Berbeda dengan hiperseksualitas atau kecanduan seksual, PGAD tidak melibatkan adanya hasrat seksual.

Gejala PGAD

Pengidap PGAD dapat mengalami peningkatan aliran darah dan rasa tegang di area klitoris, labia, perineum, atau anus. Gejala bisa berlangsung selama berjam-jam bahkan berhari-hari, dan meliputi:

  • Nyeri pada alat kelamin
  • Pelumasan vagina
  • Kontraksi vagina
  • Sensasi kesemutan pada klitoris
  • Orgasme

Orgasme mungkin memberikan sedikit kelegaan, namun tidak selalu menghilangkan gejala sepenuhnya. Bahkan, gejala dapat kembali dengan cepat.

PGAD tidak memberikan rasa nyaman seperti gairah seksual normal. Sensasi yang dirasakan bisa meliputi:

  • Denyutan
  • Gatal
  • Rasa panas atau terbakar
  • Getaran atau ketukan
  • Kesemutan

Penyebab PGAD

Penyebab pasti PGAD belum diketahui. Para ahli menduga kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, di antaranya:

  • Stres, kecemasan, dan depresi
  • Kista Tarlov (kista pada pangkal tulang belakang)
  • Penggunaan obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
  • Massa periklitoris (abses di atau sekitar klitoris)
  • Varises panggul (pelebaran pembuluh darah di area panggul)

Artikel ini sebelumnya tayang di detikHealth dengan judul Wanita Usia 20 Tahun Tak Berhenti Orgasme, Ternyata Punya Kondisi Ini.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads