Tiga jemaah haji Indonesia yang hilang di Arab Saudi belum ditemukan hingga hari ini. Salah satunya merupakan jemaah kloter Banjarmasin bernama Hasbulah (73). Hasbulah meninggalkan hotel pada Selasa (17/6) dini hari dan belum diketahui keberadaannya.
Dilansir detikNews, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkap kendala pencarian. Para jemaah yang hilang diketahui memiliki kondisi demensia.
"Pertama, mereka itu adalah demensia. Namanya sendiri juga tidak tahu. Nama keluarga juga tidak tahu, nama anaknya nggak tahu. Jadi sudah lupa semuanya," ucap Nasaruddin di Tangerang, Banten, Selasa (29/7/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara fisik, Hasbulah dan dua jemaah lainnya diketahui dalam keadaan sehat. Mereka masih bisa berjalan dan beraktivitas. Ketiganya berjalan sendirian keluar hotel sebelum dilaporkan hilang.
Kendati demikian, Nasaruddin memastikan pencarian akan terus dilakukan hingga keberadaan ketiga jemaah diketahui. Adapun dua jemaah lainnya yakni Nurimah (80) asal kloter Palembang 19 dan Sukardi (67) asal kloter Surabaya 79.
"Namanya sendiri ditanya kadang-kadang hari ini lain, besoknya juga dia lupa. Ini kan tingkat kesulitannya sangat berat. Tapi kita tetap ada upaya untuk mencari," lanjutnya.
Nasaruddin menambahkan bahwa ada sejumlah mayat di rumah sakit di Madinah dan Makkah yang ditemukan tanpa identitas. Kemenag berupaya untuk menyerahkan sampel DNA keluarga jemaah yang menghilang untuk dicocokkan di RS Saudi tersebut.
"Ada sejumlah mayat terbaring di rumah sakit di Saudi Arabia itu, di Madinah atau di Makkah, kita mencari DNA keluarganya siapa tahu di antara mereka itu ada di sana. Tapi saat bersamaan polisi Saudi Arabia kita ada kerja sama, tetap mencari," jelasnya.
Selain jemaah yang hilang, beberapa jemaah sakit juga masih berada di Saudi untuk menjalani perawatan. Bahkan ada jemaah yang masih sakit sejak 2024.
"Selama masih ada denyut jantung, walaupun itu dengan alat, selama itu juga tidak boleh diapa-apain. Dia terbaring di rumah sakit dengan konsekuensinya, asuransinya jalan terus. Tapi bagi Indonesia juga tidak ada masalah karena nyawa orang tidak bisa diukur dengan uang," katanya.
(des/des)