Chat Panjang Cuma Dibalas 'Oke', Ini Motif Psikologisnya

Chat Panjang Cuma Dibalas 'Oke', Ini Motif Psikologisnya

Fitraya Ramadhanny - detikKalimantan
Senin, 23 Jun 2025 19:59 WIB
London, UK - August 01, 2018: The buttons of WhatsApp, Facebook, Messenger, Snapchat and Messages on the screen of an iPhone.
Foto: Getty Images/stockcam
Jakarta -

Pengguna aplikasi perpesanan seperti WhatsApp atau Telegram mungkin pernah mendapatkan balasan chat sangat singkat, seperti 'oke'. Hal ini terkadang menjengkelkan jika kita awalnya mengirimkan pesan yang panjang dan penting.

Ternyata hal ini menjadi bahan penelitian dari sudut pandang psikologi. Tidak cuma balasan chat pendek, beberapa kebiasaan pengguna aplikasi perpesanan juga turut diteliti.

Dilansir detikInet dari media gaya hidup dari Inggris, Stylist, Senin (23/6/2025) Lauren Geall mewawancarai sejumlah orang yang memiliki kebiasaan buruk dalam membalas pesan di WhatsApp. Mereka disebut sebagai 'Bad Replier'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka bukan cuma menjawab 'Oke', tetapi ada juga yang membalas chat dalam waktu sangat lama, merespons 'Maaf, baru baca' atau 'Maaf, baru sempat balas'. Jangan buru-buru menghakimi negatif, mereka mungkin punya motif atau penyebab psikologis.

Penyebab Jawab Chat Singkat

Berikut ini beberapa penyebab atau motif seseorang menjadi Bad Replier dilihat dari ilmu psikologi:

1. Tidak Sadar

Pertama adalah perilaku Bad Replier itu dilakukan secara tidak sadar atau unconscious behaviour. Kemungkinan orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari adalah orang baik, ramah, terbuka, namun tidak sadar akan tindakan buruknya di media sosial.

Jadi, mungkin maksudnya tidak jahat. Bagi orang yang mengenal dekat mungkin tidak akan masalah, tetapi jika baru saja kenal mungkin akan menimbulkan persepsi buruk.

2. Social Anxiety

Kemungkinan kedua adalah social anxiety. Editor dan penulis Kayleigh Dray yang menjadi seorang Bad Replier, mengaku dirinya memiliki social anxiety. Ketika membaca pesan di WhatsApp, dia merasa cemas dan memilih tidak membalas atau membalas dengan cara buruk.

Tentu hal ini bisa membuat salah paham bagi lawan bicara. Mereka bisa marah atau berprasangka buruk.

3. Kewalahan

Dr Elena Touroni, pendiri My Online Therapy mengatakan kecemasan juga bisa dipicu oleh kesibukan, sehingga dia kewalahan dalam menjawab chat. Akibatnya dia memilih merespons pesan pada waktu yang dia inginkan atau dengan kata-kata yang sederhana.

Cara Jadi Good Replier

Tentu akan lebih baik jika seseorang menjadi Good Replier. Lantas bagaimana caranya? Dr Touroni mengatakan, cara pertama adalah mencari motivasi untuk terkoneksi dengan orang lain. Semua orang memiliki niat baik dan ingat selalu pada niat baik ketika berkomunikasi dengan orang lain.

Kedua, pahami bahwa cemas adalah hal wajar. Tidak semua orang sanggup menghadapi banyak komunikasi di aplikasi perpesanan dalam satu waktu. Inilah yang disebut sebagai perilaku digital atau digital behaviour.

Jadi, selanjutnya berhentilah meminta maaf setiap membalas pesan. Jawablah pesan dengan niat baik yang lebih, sehingga kamu bisa menuangkan lebih banyak kata daripada cuma jawab 'Oke'.




(fay/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads