Seekor dugong atau duyung (Dugong dugon), ditemukan dalam keadaan mati di perairan Legun Belanda, tidak jauh dari Pulau Cempedak, Desa Kendawangan Kiri, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Bangkai dugong tersebut ditemukan oleh nelayan setempat pada akhir pekan lalu, kemudian dilaporkan ke Pokmaswas Cempedak Lestari.
Sekedar diketahui, dugong adalah salah satu mamalia laut yang populasinya terancam, sehingga dikategorikan sebagai biota perairan yang dilindungi. Pokmaswas Cempedak Lestari dan Pokdarwis Cempedak Jaya beserta warga setempat, kemudian melakukan evakuasi bangkai dugong ke kawasan Pulau Cempedak.
"Setelah kami evakuasi, kami langsung berkoordinasi dengan Yayasan WeBe, Lanal Ketapang, dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak untuk langkah penanganan selanjutnya," kata Ketua Pokdarwis Cempedak Jaya, Tono kepada detikKalimantan, Rabu (18/6/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tono mengaku sedih melihat dugong sebesar itu mati. Ia menduga kematian dugong ini karena habitatnya terancam dengan keberadaan kapal-kapal besar serta limbah dari kembun sawit maulun industri tambang. Dengan begitu, kata dia, ada rasa kekhawatiran dalam perlindungan dan konservasi populasi dugong di Kalbar.
"Kami sedih melihat dugong sebesar ini mati. Dulu lamun di sekitar sini sangat bagus dan lestari. Tapi sekarang mulai rusak, banyak kapal besar, limbah dari kebun sawit, juga ancaman dari industri tambang lainnya. Itu semua berdampak besar bagi dugong dan kehidupan laut yang sangat penting untuk nelayan dan masyarakat lainnya di sini," ungkap Tono.
Sehari setelah penemuan, Tono menceritakan tim gabungan yang terdiri dari tim Yayasan WeBe, Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Lanal Ketapang, Pokmaswas Cempedak Lestari, Pokdarwis Cempedak Jaya, Polairud Kendawangan, serta pemerintah setempat berangkat dari markas Lanal ke Pulau Cempedak untuk melakukan penanganan.
Penanganan awal yang dilakukan adalah nekropsi yakni tindakan pembedahan pada hewan mati untuk memeriksa dan mengidentifikasi penyebab kematian atau kelainan pada tubuh hewan tersebut. Prosedur nekropsi dilakukan oleh dokter hewan dari YIARI, dibantu oleh anggota Lanal Ketapang dan masyarakat setempat.
Setelah pemeriksaan, Koordinator Medis YIARI, drh Komara menjelaskan dari hasil nekropsi yang dilakukan, ditemukan ada perubahan pada organ paru-paru dugong.
"Kami menduga bahwa ada kemungkinan dugong ini kena jaring dan tenggelam, dan kemudian mati karena kehabisan nafas," katanya.
Bangkai dugong yang telah dinekropsi kemudian dikuburkan di dalam wilayah Mako Lanal Ketapang di Kendawangan.
"Penguburan ini dilakukan di dalam mako dengan mempertimbangkan keamanan dari potensi kerusakan digali oleh satwa liar atau orang yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Dugong Terancam Punah
Direktur Utama Yayasan WeBe, Setra menambahkan dugong merupakan mamalia laut yang hidup di perairan pesisir dangkal. Dugong bergantung pada keberadaan padang lamun sebagai sumber makanannya.
Sayangnya, spesies ini kini terancam punah akibat aktivitas manusia seperti penangkapan tidak sengaja (bycatch), polusi, tabrakan kapal, perusakan habitat, hingga perburuan ilegal. Dikutip dari laman WWF, penurunan populasi Duyung dipengaruhi juga oleh tingkat reproduksinya yang sangat rendah, terjaring atau terperangkap pada alat pancing nelayang, serta penangkapan untuk diperjualbelikan daging atau bagian tubuhnya seperti taring dan air matanya.
"Kematian satu ekor dugong berdampak besar bagi populasi karena mereka berkembang biak sangat lambat," kata Setra.
Penemuan ini, sambungnya, menjadi pengingat mendesak akan pentingnya perlindungan habitat pesisir, penegakan hukum lingkungan, serta peningkatan kesadaran publik terhadap keberadaan dan pentingnya spesies laut yang dilindungi ini.
"Kami sangat mengapresiasi peran masyarakat dalam pelaporan keberadaan dugong. Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa kita bisa menjaga populasi dugong yang ada di perairan kendawangan," ujar Setra.
Daerah pesisir Kendawangan yang terdiri dari beberapa pulau seperti Cempedak, Bawal dan Gelam, merupakan Kawasan Perlindungan Laut (KPL)/Marine Protected Area (MPA) yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang sangat penting dengan beberapa jenis biota laut.
Kawasan ini juga mempunyai tiga ekosistem kunci laut seperti bakau, lamun dan karang. Populasi dugong di daerah ini adalah satu populasi dugong di seluruh Kalbar.
"Sebagai upaya pendukung dalam perlindungan populasi ini, hasil nekropsi bisa menghasilkan informasi penting yang menjadi dasar untuk menentukan langka konservasi dugong ke depannya," katanya.
Langkah-langkah kolaboratif yang melibatkan masyarakat pesisir, pemerintah, dan lembaga konservasi seperti ini sangat penting untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa depan. "Jadi, kolaborasi antara pihak adalah kunci untuk selamatkan ekosistem laut ini yang sangat rentan terhadap kegiatan antropogenik," tutupnya.
(aau/aau)