Harimau Sumatera Mati Usai Dirawat 28 Hari Akibat Terjerat Sling Baja

Regional

Harimau Sumatera Mati Usai Dirawat 28 Hari Akibat Terjerat Sling Baja

Ferdi Al Munanda - detikKalimantan
Rabu, 11 Jun 2025 16:01 WIB
Kondisi harimau di dalam kandang ketika masih dalam perawatan.
Kondisi harimau di dalam kandang ketika masih dalam perawatan. Foto: Dok. BKSDA Jambi
Jambi -

Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) mati usai terjerat sling baja di Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Jambi mati. Meski sempat dirawat selama 28 hari, kondisinya tak juga membaik dan akhirnya mati pada 9 Juni 2025 malam.

Dikutip dari detikSumbagsel, kematian satwa langka dan dilindungi ini diumumkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi pada Selasa (10/5/2025).

"Tanggal 9 Juni 2025, sekira pukul 21.45 WIB kondisi harimau Sumatera sudah tidak tertolong atau mati sebelum dilakukan tindakan medis dimaksud," kata Kepala BKSDA Jambi, Teguh Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima detikSumbagsel, Selasa (10/5/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum mati, harimau itu terlihat tidak mau makan dan mengalami muntah. Selain itu, terdapat darah dalam kotorannya.

"Kematian hewan karnivora tersebut setelah menunjukkan kondisi tidak ada nafsu makan, mengalami muntah dan defekasi/BAB yang disertai dengan darah," ujarnya.

Sebelum mati, raja rimba itu sempat mengalami sempoyongan di dalam kandang. Pelindung luka kaki yang terjerat sling baja yang habis dioperasi pun juga lepas oleh harimau itu sendiri sehingga luka kakinya pun masih belum membaik.

Kronologis Penanganan

Untuk diketahui, harimau sumatera terjerat sling baja di dalam kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Bungo Pandan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Masumai, Kabupaten Tebo, Jambi sekitar sebulan lalu. Tim gabungan BKSDA kemudian datang melakukan penyelamatan.

Harimau jantan ini ditemukan dengan luka yang sudah terinfeksi oleh jeratan selama 3-4 hari di dalam hutan. Parahnya luka harimau tersebut sampai membuat kakinya terancam diamputasi.

Tubuh harimau juga sudah lemas serta tak berdaya. Suhu tubuh juga alami panas tinggi sehingga dirawat intensif di Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) di Jambi.

Perangkap jerat yang mengenai harimau itu juga disebut menembus tulang kaki bagian depan sebelah kiri. Kondisi tersebut membuat aliran darah di bagian kaki bawahnya terhenti sehingga tak mengalir ke jari-jari kakinya.

"Tanggal 4 Juni 2025, kondisi luka harimau ini juga sedikit berair akibat peradangan sehingga menyebabkan beberapa jaringan mengalami nekrosa dan ada penambahan luka di bagian medial kaki belakang sebelah kanan," ujar Teguh dalam keterangan tertulis itu.

Kemudian, kondisi harimau Sumatera masih terlihat membaik, nafsu makannya pun juga masih normal. Defekasi atau BAB serta urinasi harimau Sumatera juga masih responsif.

"Hanya saja, pergerakan kaki depan harimau Sumatera masih terlihat pincang yang disebabkan oleh luka yang masih mengalami peradangan," terangnya.

Harimau ini juga disebut sebelum mati lebih sering berendam dalam kolam bak air. Kemungkinan dia melakukan itu karena luka di kakinya belum membaik dan menyebabkan radang begitu tinggi.

"Tim sempat melakukan pemberian obat melalui injeksi, namun respon harimau tidak juga membaik. Kondisi harimau Sumatera juga semakin melemah dan tidak respon terhadap suara atau gerakan," jelas Agung.

Karena semakin kritis, harimau itu rencananya akan diberikan infus, obat-obatan, makanan, hingga dipindah ke kandang yang ukurannya lebih kecil. Namun sebelum hal itu dilakukan, harimau sudah dinyatakan mati.




(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads