Tren Kasus COVID-19 di RI Meningkat Jadi 8%, Belum Ada Varian Nimbus

Doctor with a positive blood sample for new variant detected of the coronavirus strain called covid Omicron. Research of new african strains and mutations of the Covid 19 coronavirus in the laboratory — Ilustrasi varian COVID-19. Foto: Getty Images/iStockphoto/Diy13

Balikpapan -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia menyusul meningkatnya kasus di berbagai negara. Sejauh ini, Kemenkes mencatat terjadi peningkatan kasus di Indonesia menjadi 8 persen. Kasus positif didominasi varian MB.1.1 dan KP.2.18, sedangkan varian NB.1.8.1 atau Nimbus belum ditemukan.

Mengutip detikHealth, peningkatan menjadi 8 persen itu terjadi pada kurun waktu 22-31 Mei 2025. Persentase ini meningkat dibandingkan pekan sebelumnya yang hanya mencapai 4 persen. Dalam kurun waktu ini pula, terdapat 2 kasus aktif baru. Total keseluruhan kasus COVID-19 di Indonesia sepanjang 2025 yakni 75 kasus.

Peningkatan ini dibenarkan oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada dengan melakukan pencegahan penularan. Masyarakat yang mengalami gejala diharapkan segera melakukan tes untuk memastikan terinfeksi COVID-19 atau bukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Betul ada peningkatan kasus COVID di negara ASEAN, kita aja juga ada kenaikan sedikit. Jadi teman-teman tetap waspada, kalau ada batuk-batuk segera dites," katanya saat ditemui di acara RSHS Bandung, dilansir detikJabar, Selasa (10/6/2025).

Budi Gunadi menambahkan bahwa peningkatan kasus di Indonesia masih relatif rendah. Kasus keseluruhan masih di bawah 1 persen dan varian yang merebak tergolong lemah. Untuk itu, dia meminta masyarakat tidak terlalu panik.

"Masih kecil sekali, masih di bawahnya 1 persen, ada peningkatan memang," pungkasnya.

Varian Nimbus sendiri baru-baru ini menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan masuk ke dalam daftar Variant Under Monitoring (VUM). Namun, dari 75 kasus yang ada, belum ditemukan varian ini. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman menyebut varian ini tergolong berisiko rendah dan karakteristiknya sama dengan varian yang sebelumnya sudah ada.

"Secara umum (keduanya) memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah)," kata Aji, Selasa (10/6/2025).