Dokter magang di Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT), Kalimantan Utara, menabrak rumah warga saat mengemudikan mobil dinas. Pemicunya, dokter dari luar Tarakan itu tak mengenal medan jalan yang akan dilaluinya dan panik ketika melewati tanjakan ekstrem.
Peristiwa terjadi di tanjakan Gunung SMP 4, Jalan Hangtuah, Kelurahan Karang Selumit, Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan, Kalimantan Utara, pada Sabtu (7/6/2025). Awalnya pemilik rumah yang ditabrak tidak mengetahui mobil tersebut milik RSUKT karena tidak ada pelatnya.
Kronologi Tabrakan
Nelly, pemilik rumah yang tertabrak mobil, mengaku kaget ketika mendengar suara hantaman. Ia langsung keluar rumah dan melihat sebuah mobil dalam keadaan terbalik usai menyeruduk kediamannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiba-tiba rumah seperti gempa," katanya kepada detikKalimantan, Sabtu (7/6/2025).
Tetangga Nelly, Rodi, juga menyaksikan kejadian tersebut. Katanya, mobil kesulitan menanjak jalan yang cukup curam. Lalu muncul kendaraan lain dari arah depan yang membuat pengemudi mobil hitam itu kehilangan kendali.
"Ada mobil di depan, akhirnya dia enggak mampu. Pengemudi lompat, ada penumpang di dalamnya," ujar Rodi.
Penjelasan Pihak RS
Pihak RSU Kota Tarakan kemudian membenarkan bahwa mobil Toyota Rush berwarna hitam itu adalah kendaraan operasional milik mereka. Kendaraan tersebut sejatinya berpelat merah.
Mobil tersebut dikemudikan oleh dokter magang (internship) yang bertugas di RSUKT dan puskesmas. Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan RSUKT Ade Saktiawan menjelaskan bahwa pengemudi mobil berasal dari luar Kota Tarakan dan kurang mengenal kondisi jalan setempat.
"Mereka panik melihat tanjakan ekstrem," ujar Ade dihubungi detikKalimantan.
Ade menjelaskan, mobil tersebut biasa digunakan untuk operasional dokter magang yang bertugas, baik di RSUKT maupun puskesmas. Saat kejadian, dokter magang diduga sedang melakukan koordinasi dengan timnya.
"Sepertinya kunjungan tersebut untuk koordinasi. Mereka punya dokter pembimbing yang harus dilapori secara rutin, seperti pelayanan yang sudah dilakukan," jelasnya.
Spontan Copot Pelat karena Takut Viral
Menurut Ade, dokter magang biasanya berkumpul di hari libur untuk mengerjakan laporan atau membahas kasus bersama dokter pembimbing. Satu dokter magang yang menjadi korban sedang diobservasi dan menjalani CT Scan untuk memastikan tidak ada cedera kepala.
"Sejauh ini, tidak ada korban luka berat. Kita masih menunggu hasilnya, dan saya akan kroscek lagi ke Kabid Pelayanan," katanya.
Soal plat nomor mobil yang dicopot pasca-kejadian, Ade meluruskan bahwa hal itu dilakukan karena kepanikan semata, bukan untuk menghilangkan jejak penggunaan plat merah.
"Mereka panik dan takut viral karena berada dalam pengawasan pembimbing dan komite internship," jelasnya.
(des/des)