Sebagian wilayah Kabupaten Nunukan kondisi infrastrukturnya kian parah akibat banjir dan longsor. Pemerintah Kabupaten Nunukan melihat adanya potensi untuk memperpanjang status tanggap darurat bencana di Krayan Selatan.
Perpanjangan waktu ini akan melihat kondisi di lapangan, bisa sampai dua minggu atau bahkan sebulan ke depan. Jika SK perpanjangan status tanggap darurat bencana telah ditetapkan Bupati Nunukan, rentang waktu tersebut akan digunakan untuk menangani kerusakan jalan, jembatan, dan tantangan logistik yang membuat wilayah ini lumpuh total.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Arif Budiman mengatakan sejauh ini status tanggap darurat di Kecamatan Sebuku, Sembakung, Sembakung Atulai, dan Lumbis telah berakhir per 5 Juni kemarin. Sementara adapun rencana perpanjangan status tanggap darurat diperlukan untuk pengerjaan fisik, termasuk perbaikan jalan dan jembatan yang rusak akibat longsor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi jalan yang rusak parah menghambat distribusi BBM, sehingga PLN tidak beroperasi. Kami berharap penanganan cepat dari provinsi agar aktivitas masyarakat kembali normal," ujar Arif, Sabtu (7/6/2025).
Akses ke Krayan Selatan hanya dapat ditempuh melalui udara via Bandara Long Layu. Namun, landasan pacu bandara sempat bermasalah, memaksa pemerintah setempat mengalihkan dana perbaikan jembatan untuk memperbaiki landasan agar pesawat dapat mendarat dalam kondisi darurat.
"Landasan pacu sudah diperbaiki, dan pesawat MAF sudah masuk. Kami berharap Rabu depan pesawat lain bisa mendarat," ujar Arif.
BPBD Nunukan telah berkoordinasi dengan BPBD Kaltara dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kaltara untuk mempercepat penanganan.
Kondisi Krayan Selatan Tiga Hari Tanpa Listrik
Sementara itu Camat Krayan Selatan, Oktavianus Ramli, mengungkapkan keprihatinan atas kondisi wilayahnya. Sebab sejak 4 Juni 2025, Krayan Selatan mengalami pemadaman listrik total karena kehabisan pasokan bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit listrik.
"Sudah tiga malam kami hidup tanpa penerangan. Jalan rusak, sinyal tak ada, laporan tak tersampaikan. Harapan kami pelan-pelan redup seperti nyala lilin," katanya.
Jaringan internet juga mati, kecuali bagi warga yang menggunakan perangkat Starlink dengan daya aki. Kondisi ini berdampak pada 13 desa di dua klaster, yaitu Long Layu (8 desa) dan Pa Upan (5 desa), yang kini terisolasi.
Ia menambahkan, mobil pengangkut BBM terjebak di jalan berlumpur sejak Jumat (7/6) dan belum sampai ke Long Layu hingga kini. Kondisi ini juga mengganggu pelayanan kesehatan, karena pesawat belum sepenuhnya bisa diandalkan untuk evakuasi medis.
Oktavianus menyatakan pihaknya telah berulang kali bersurat ke Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, namun belum mendapat respons memadai.
"Kami berharap tindakan darurat secepatnya dari provinsi. Semua tergantung PUPR Kaltara untuk mengeksekusi perbaikan jalan," katanya.
(aau/aau)