Tak Perlu Takut Kolesterol Usai Konsumsi Daging, Asal...

Tak Perlu Takut Kolesterol Usai Konsumsi Daging, Asal...

Tim detikKalimantan - detikKalimantan
Kamis, 05 Jun 2025 16:00 WIB
5 Fakta Sate Jamu, Makanan Esktrem Nonhalal Khas Solo yang Terkenal
Foto: Istimewa
Balikpapan -

Banyak orang langsung waswas setiap kali menikmati olahan daging, apalagi saat momen seperti Iduladha. Kekhawatiran terbesar biasanya soal kolesterol yang bisa melonjak naik setelah makan daging merah.

Padahal, Kementerian Kesehatan melalui laman resminya menjelaskan bahwa daging mengandung banyak protein yang penting bagi tubuh. Subdit Pengelolaan Konsumsi Gizi, Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI mencatat kandungan gizi daging Kambing dan Sapi (per 100 gram) terkandung 0,0 gram karbohidrat, lemak sebanyak 18,0 gram, protein 24,9 gram, dan 268,9 kalori.

Protein dalam daging tersebut berfungsi membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, memproduksi hormon, enzim, dan zat kimia lain dalam tubuh, membentuk otot, tulang, kulit, dan darah, serta sumber tenaga (menghasilkan 4 kalori per 1 gram lemak).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengkonsumsi real food seperti daging hewani, nyatanya begitu penting untuk mencegah anemia. Dalam catatan Kemenkes, kasus remaja dengan anemia banyak terjadi di kota-kota besar, sebab kebutuhan zat besi mereka tidak tercukupi.

Jadi, tak perlu takut kolesterol usai mengkonsumsi daging, asalkan perhatikan kuantitas makannya dan cara pengolahannya. Dikutip dari detikHealth, spesialis gizi klinis, dr Dessy Suci Rachmawati SpGK menjelaskan baik daging sapi dan kambing sama-sama mengandung protein baik.

Dalam 100 gram daging sapi ada sekitar 26 gram protein, lebih tinggi dari protein yang ada pada kambing. Ada 23 gram protein dalam 100 gram daging kambing.

Hanya saja, yang patut jadi catatan adalah bagi para pengidap kolesterol tinggi maupun hipertensi. Penting untuk mempertimbangkan jumlah daging yang dikonsumsi serta cara mengolahnya. Pilih bagian daging yang tidak terlalu memiliki lemak.

"Tetap dianjurkan untuk mempertimbangkan dari jumlah yang dikonsumsi, kemudian walaupun sudah memilih bagian daging yang dia tidak terlalu berlemak, tapi kan tetap aja dia ada kandungan kolesterolnya, seperti itu. Jadi, disarankan untuk mempertimbangkan jumlah dan cara pengolahannya." kata dr Dessy.

Untuk pengidap hipertensi, tidak hanya perlu mempertimbangkan komposisi lemak ataupun kolesterol yang ada, tapi juga bumbu dapur saat mengolah daging. Umumnya, takaran garam dibatasi hanya satu sendok teh per hari.

"Nah, kalau untuk penderita hipertensi, maksimal kadar natrium harian yang direkomendasikan hanya di 1500 miligram per hari, atau kalau misalnya untuk ukuran rumah tangga hanya 2/3 sendok teh, gitu," kata dr Dessy.

Daging Sapi Vs Kambing, Mana yang Lebih Tinggi Kolesterol?

Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD mengatakan, daging kambing memang memiliki risiko sedikit lebih tinggi dalam meningkatkan kadar kolesterol darah dibandingkan daging sapi.

Meski begitu, ia menekankan hal ini juga bergantung pada bagian daging yang dikonsumsi, serta bagaimana cara pengolahannya.

"Ada area yang dibawa di bagian sentral atau yang kita sebut dengan lean. Itu umumnya adalah daging otot semua. Artinya dalam otot tersebut, kandungan lemak itu kecil," ucapnya.

Menurut dr Ray, bagian lean meat cenderung rendah lemak karena sebagian besar terdiri dari otot. Jika seseorang mengonsumsi bagian tersebut, jumlah lemak jenuh yang masuk ke dalam tubuh akan lebih sedikit sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya peningkatan kolesterol darah.

Karena itu, dr Ray mengatakan bagian orang yang memiliki risiko tinggi sebaiknya menghindari bagian-bagian daging berlemak, seperti dari perut atau dekat kulit.

"Jadi kita tahu kan kadang ada berapa persen fat dari area daging tersebut. Memang fat yang ada di dalam daging, terutama di bagian otot paha, itu lebih kecil. Otot dada itu lebih kecil. Tetapi kalau di bagian perut, itu cenderung lebih banyak area lemak," katanya.

"Nah inilah yang kemudian kita pilih untuk kemudian tidak diolah. Kalau memang yang akan mengkonsumsi ini tentu bermasalah dengan konsumsi kolesterol yang berlebihan atau lemak berlebihan," lanjutnya lagi.

Selain itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga memberikan imbauan terutama untuk beberapa kelompok tertentu, saat mengonsumsi makanan yang berlemak.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan pemerintah telah menetapkan aturan terkait konsumsi gula, garam, lemak (GGL). Idealnya, asupan sehari-hari mencakup 4 sendok makan gula, 2 sendok teh garam, dan 5 sendok makan lemak.

Namun, menjelang Idul Adha biasanya akan banyak mengonsumsi makanan berlemak dan banyak garam. dr Nadia menyarankan untuk menyeimbangkan antara masuk dan keluarnya hal-hal yang dikonsumsi.

"Harus menyeimbangkan antara masuk dan keluarnya. Jadi, kalau makannya banyak garam, banyak lemak, banyak santan, besoknya jalan kaki atau olahraga," terang dr Nadia.

"Bukan nggak boleh sama sekali, tapi juga tidak boleh berlebihan, terutama bagi yang sudah punya penyakit komorbid," lanjutnya.

Menurut dr Nadia, dilihat dari pasien yang mengalami hipertensi maupun diabetes melitus risikonya akan lebih tinggi. Hal ini dapat berdampak pada masalah jantung.

dr Nadia menyarankan untuk orang-orang dengan masalah hipertensi, diabetes melitus, yang usianya sekitar 40-59 tahun harus dijaga pola makannya. Hal ini agar terhindar dari risiko kena penyakit jantung, gagal ginjal sampai stroke.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads