Kisah Sedih Isahbella Asal Kubu Raya, 16 Tahun 'Terkurung' di Malaysia

Kisah Sedih Isahbella Asal Kubu Raya, 16 Tahun 'Terkurung' di Malaysia

Ocsya Ade CP - detikKalimantan
Rabu, 04 Jun 2025 08:00 WIB
Ayah di Kubu Raya menunjukkan foto Isahbella yang sempat dianggap meninggal di Malaysia
Ayah di Kubu Raya menunjukkan foto Isahbella yang sempat dianggap meninggal di Malaysia/Foto: Istimewa
Kubu Raya -

Isahbella warga Dusun Betutu Raya, Desa Punggur Kapuas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat bakal berkumpul lagi dengan keluarganya, setelah dikurung di rumah majikannya di Malaysia.

Tiada kabar selama 16 tahun sempat membuat pihak keluarga putus asa. Mereka menganggap Isahbella telah hilang dan meninggal dunia di Negeri Jiran.

Isahbella adalah seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) di rumah warga Malaysia. Selama bekerja, majikannya tidak memberi akses Isahbella untuk bertemu atau bercakap dengan pihak luar. Itulah yang membuat Isahbella tidak bisa memberi kabar ke keluarganya di Tanah Air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beruntung, pada Oktober 2024, dia (Isahbella) berhasil dievakuasi dari rumah majikannya," kata Ketua DPD Perempuan Demokrat Republik Indonesia (PDRI) Kalbar, Sri Cahyawati kepada detikKalimantan, Selasa (3/6/2025).

Cahyawati melanjutkan rencananya pada Juni ini Isahbella akan dipulangkan ke Indonesia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar. "Bulan ini, kami dampingi pemulangan Isahbella ke Indonesia melalui Entikong, Sanggau," tuturnya.

Cahyawati juga menceritakan pada tahun 2008, Isahbella pamit berangkat ke Malaysia untuk bekerja. Kemudian sejak menginjakkan kaki di Malaysia, Isahbella tak pernah memberi kabar ke keluarganya. Selama belasan tahun tidak ada kabar dari Isahbella, pihak keluarga panik dan terus melakukan pencarian.

Pada akhirnya, kata Cahyawati, Isahbella dinyatakan hilang dan dianggap meninggal dunia oleh keluarga. "Keluarga sempat putus asa dan menganggap dia (Isahbella) sudah meninggal dunia, karena 16 tahun tanpa kabar keberadaannya ada di mana," kata imbuhnya.

Kemudian di tahun 2024, pihak keluarga mendatangi DPD PDRI Kalbar untuk meminta bantuan. Semua kisah tentang Isahbella disampaikan pihak keluarga ke Cahyawati.

"Keterangan pihak keluarga, Isahbella meninggalkan kampung halaman selama 16 tahun untuk bekerja di Malaysia. Namun, tak ada kabar beritanya. Pihak keluarga juga telah melakukan pencarian, namun tidak ditemukan," kata Cahyawati.

Hingga pada suatu hari, sambung Cahyawati, pihak keluarga mendapat kabar dari seseorang yang berada di Kuching, Sarawak, Malaysia tentang keberadaan Isahbella.

"Dari sinilah petunjuk kita lengkap. Kita dapat informasi bahwa Isahbella bekerja di salah satu rumah dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang dari luar, majikannya selalu mengawasi dengan ketat," beber Cahyawati.

Dengan adanya petunjuk awal ini, DPD PDRI Kalbar langsung mengambil langkah cepat dan melaporkan kepada pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching, tentang keberadaan Isahbella di salah satu rumah warga Malaysia pada September 2024. Selain itu, pihaknya juga melaporkan kejadian itu kepada pihak yang berwajib di Kuching Sarawak.

"Isahbella berhasil dievakuasi dari rumah majikannya pada Oktober 2024," kata Cahyawati.

Ada Korban Lainnya

Ternyata, di rumah yang menjadi tempat kerja Isahbella juga terdapat WNI lainnya. Mereka sama-sama diperlakukan tidak dengan baik sebagai pekerja.

"Di rumah majikan ini, tidak hanya Isabella saja, ternyata ada Kuntring alias Tutik, WNI asal Jawa Tengah. Bersyukur, keduanya berhasil diselamatkan," ceritanya.

Setelah dievakuasi dari kurungan majikan, kedua TKW itu kemudian ditampung di rumah perlindungan korban yang berada di Sabah, Malaysia, untuk menunggu proses pemulangan.

"Untuk kepulangan Kuntring ke Tanah Air menggunakan jalur mandiri. Dengan menumpang travel dari Entikong ke Pontianak. Setibanya di Pontianak, dia ditampung di Rumah Ramah Pekerja Migran. Keesokan harinya, baru berangkat ke Jawa tengah dengan biaya sendiri. Menggunakan uang sisa tabungan," ungkapnya.

Menurut Cahyawati, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Ketua DPP PDRI terkait proses pemulangan TKW tersebut. Karena Kuntring lupa di mana kampung halamannya.

"Saya kemudian berkoordinasi dengan DPP, ibu Lasmi. Beliau bergerak cepat untuk mencari tahu kampung halaman Kuntring melalui jaringan DPD PDRI di Jawa Tengah. Alhamdulillah berhasil," terangnya.

Ia juga mengapresiasi Ketua DPD Partai Demokrat Kalbar dan langkah KJRI dan Polisi Diraja Malaysia, yang sudah membantu menangani kasus dua TKW asal Indonesia tersebut.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Ketua DPD Partai Demokrat, KJRI dan Polisi Diraja Malaysia, karena melakukan langkah yang cepat atas kasus ini," ucapnya.

Kisah Sedih ART di Malaysia

Kuntring yang tiba di Pontianak untuk segera dipulangkan ke Jawa Tengah sempat dibawa Cahyawati bertemu dengan pihak-pihak terkait. Dalam kesempatan itu, Kuntring menceritakan bahwa ia berangkat dari kampung halamannya di Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada tahun 2005. Saat itu usianya baru menginjak 15 tahun.

Awalnya Kuntring diajak seseorang untuk bekerja di Malaysia. Meskipun usianya masih belia, Kuntring tak menolak ajakan tersebut. Ia pun berangkat ke Malaysia hanya berbekal paspor.

Sesampainya di Malaysia, Kuntring bekerja di rumah seorang majikan yang berprofesi sebagai dokter. Selama bekerja menjadi ART di rumah itu, ia tidak pernah mendapatkan akses komunikasi dengan pihak luar. Termasuk ke pihak keluarga.

"Dari pagi sampai malam saya bekerja. Tidak boleh pegang HP. Jadi, saya tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun termasuk keluarga," ceritanya.

Bahkan, sambung Kuntring, selama belasan tahun bekerja ia juga tidak mendapatkan gaji yang menjadi haknya sebagai pekerja. "Saya juga tidak menerima gaji sepeser pun selama bekerja di sana," beber perempuan 29 tahun itu.

Tahun 2020, Kuntring berniat kabur dari rumah majikannya dan pulang ke Indonesia. Namun, usahanya kandas, karena aktivitasnya selalu diawasi majikan dengan ketat.

"Sangat ketat, untuk beribadah saja, saya harus curi-curi waktu. Saya sudah tidak kuat saat itu. Jadi, ada rencana untuk kabur. Tapi tak bisa," katanya.

Ia mengaku bahagia bisa menginjakkan kaki kembali ke Tanah Air. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantunya keluar dari kurungan sang majikan.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads