RI Catat 72 Kasus COVID-19 Selama 2025, Epidemiolog Prediksi Lebih Banyak

RI Catat 72 Kasus COVID-19 Selama 2025, Epidemiolog Prediksi Lebih Banyak

Nafilah Sri Sagita K - detikKalimantan
Senin, 02 Jun 2025 23:01 WIB
Penumpang KRL Commuter Line antre di peron untuk menaiki eskalator di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Senin (12/6/2023). Menurut keputusan Surat Edaran (SE) Kementerian Perhubungan nomor 17 Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan pelaku perjalanan orang dengan transportasi kereta api pada 12 Juni 2023, penumpang diperbolehkan tidak menggunakan masker apabila dalam keadaan sehat serta tidak berisiko tertular atau menularkan COVID-19 dan KAI Commuter selaku operator KRL Commuter Line menghimbau seluruh penumpang untuk tetap melakukan vaksinasi COVID-19. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/rwa.
Ilustrasi bermasker di tempat umum. Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Balikpapan -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat ada 72 kasus positif COVID-19 di dalam negeri selama 2025. Kasus tersebut didapat dari 2.160 spesimen yang diperiksa. Meski Kemenkes menilai peningkatan kasus di Indonesia belum signifikan, epidemiolog meyakini jumlah pasien terinfeksi lebih banyak dari data yang tercatat.

Dilansir detikHealth, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Mulawarman menjelaskan pihaknya telah mengeluarkan surat edaran kewaspadaan COVID-19 menyusul naiknya kasus di sejumlah negara tetangga. Surat edaran ini diterbitkan sebagai upaya memperkuat pencegahan dan pengendalian COVID-19 di layanan kesehatan.

"Sudah ada warning di sekitar kita, kita harus lebih siap. Di negara tetangga sudah naik, kita harus siap tapi bukan untuk bikin masyarakat panik," jelas Aji kepada detikcom, Senin (2/6/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan kasus di Indonesia sempat terjadi pada Januari 2025, kemudian menurun mulai April. Angkanya kembali naik memasuki minggu ke-17 hingga minggu ke-19. Positivity rate mencapai 3,62 persen.

Aji memastikan situasi COVID-19 di Indonesia masih cenderung lebih terkendali dibandingkan negara lain. Indonesia juga belum memberlakukan pembatasan perjalanan ke luar negeri.

"Kita emang nggak ada travel banned. Sampai saat ini kebijakan tersebut belum ada, tapi pengawasan di pintu masuk tetap dilakukan," pungkasnya.

Kata Epidemiolog

Sementara itu, pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meyakini Indonesia juga mengalami peningkatan kasus meskipun menurut catatan Kemenkes masih minim. Kenaikan ini menurutnya lebih sulit terdeteksi karena kecenderungan masyarakat yang lebih memilih tidak melakukan tes.

"Kalau naik pun nggak terdeteksi juga, nggak ada yang mau testing. Siapa sekarang yang mau testing, orang mungkin juga nggak bergejala. Testing kan nggak murah dan bukan jaman seperti COVID-19 yang tesnya bisa gratis," jelasnya, Senin (2/6/2025).

Pandu menilai data yang dilaporkan belum dapat mendekati realitas di lapangan. Dia meyakini penularan COVID-19 masih terjadi di Indonesia, tetapi kebanyakan kasus tidak bergejala atau hanya bergejala ringan.

"Jadi kalau kita mungkin ada kenaikan kasus, tapi datanya tidak merefleksikan kenyataan yang ada, karena faktanya memang COVID-19 dari dulu sampai sekarang masih ada, masih tetap berlangsung," sambungnya.

Varian MB.1.1 yang mendominasi peningkatan kasus di Indonesia masih relatif terkendali. Namun, dikhawatirkan akan terjadi mutasi virus yang lebih kuat dan sulit disembuhkan. Pandu pun mengimbau masyarakat agar kembali fokus ke pencegahan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat serta memakai masker.

"Jadi sifatnya sekarang hanya mengingatkan, pentingnya pencegahan, pakai masker kalau perlu saat di ruang publik, sampai sekarang kita lihat petugas kesehatan dokter perawat tetap menggunakan masker kan, jadi waspada itu sifatnya, kalau saat flu pakai masker karena bisa menularkan pada yang lain," jelasnya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads