Ledakan amunisi tak layak di Desa Sagara, Garut, Jawa Barat (Jabar), menewaskan 9 warga sipil. Narasi yang sempat beredar menyebut para korban sengaja mendekat untuk memulung logam sisa-sisa ledakan. Namun, warga setempat menampik hal itu dan menyebut para korban tengah bekerja membuka selongsong amunisi.
Hal itu diungkapkan salah seorang rekan dari para korban tewas, Agus Setiawan. Dilansir detikJabar, Agus menyampaikan pekerjaan para buruh tersebut dalam kunjungan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di RSUD Pameungpeuk.
Agus sendiri diketahui merupakan kakak dari Rustiawan, salah satu korban tewas dalam ledakan pada Senin (12/5) tersebut. Dia turut menyaksikan kejadian ledakan yang merenggut nyawa adiknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Buruh) buka selongsong," katanya kepada gubernur yang akrab disapa KDM tersebut.
Sistem kerjanya, para buruh akan melepas selongsong peluru dari amunisi tidak layak pakai. Pekerjaan mereka tergantung waktu datangnya barang.
"Kerja paling 12 hari beres. Datang lagi barang, ikut lagi kerja. Jadi bukan mulung, kami tidak berburu besi bekas dan selongsong. Kami bekerja, kuli," jelasnya.
Kepada KDM, Agus mengaku diupah Rp 150 ribu per hari untuk membuka selongsong amunisi. Ada juga yang mendapat nominal lebih besar, tergantung posisi.
"Koordinator, sesepuh Rp 200 ribu. Yang lain Rp 150 ribu," katanya.
Selain bekerja sebagai buruh lepas selongsong, Agus dan warga lainnya juga mengais rezeki sebagai pemulung sisa-sisa amunisi yang telah diledakkan. Sisa-sisa amunisi tersebut dapat dijual ke pengepul rongsokan.
Agus turut menjelaskan video viral yang memperlihatkan pemotor mendekat ke lokasi kejadian sebelum ledakan. Menurutnya, video itu direkam setelah peledakan amunisi tak layak di waktu yang lain.
"Yang mungut rombongan kita-kita juga, tapi beda peristiwa. Sebelum kejadian itu," ungkap Agus.
(des/des)