Menteri Ketenagakerjaan (Menaker RI), Yassierli menyampaikan permintaan maaf pemerintah ke driver ojek online (ojol) di Indonesia. Sebab, pemberian bantuan hari raya (BHR) saat Lebaran belum optimal.
Menurut Yassierli, perumusan kebijakan BHR dilakukan terburu-buru. Sebab, dalam prosesnya, aturan tersebut sangat dikejar-kejar waktu. Namun, ia mengaku akan melakukan evaluasi.
"Saya mohon maaf kalau BHR kemarin saya dan Pak Wamen itu belum optimal, tapi dari awal saya sudah sampaikan kita harus maju," ujar Yassierli di Plaza BPJAMSOSTEK, Jakarta, dikutip detikOto dari CNN Indonesia, Jumat (9/5/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan pemerintah memperhatikan kondisi keuangan perusahaan transportasi online. Menurutnya, peluang mencairkan BHR akan semakin berkurang bila pemerintah tak segera membuat kebijakan.
Yassierli kemudian mengisahkan cerita di balik kebijakan tersebut. Ia mengaku ada professor yang menyebutnya bodoh lantaran merumuskan kebijakan BHR untuk ojol.
Ia mengakui hingga hari ini belum ada contoh pelaksanaan BHR di negara mana pun. Meski demikian, pihaknya tetap menerapkan kebijakan itu demi menjamin kesejahteraan ojol.
"Kalau bicara tentang teori manajemen Amerika, saya tahu. Saya sudah baca buku-bukunya. Tapi ada yang hilang dari teori manajemen barat itu adalah kekeluargaan dan gotong royong dan itu hanya ada di Indonesia," kata dia.
Untuk diketahui, pemberian BHR sempat menimbulkan gelombang protes dari ojol se-Indonesia. Sebab menurut mereka, bantuan yang diberikan tak manusiawi. Bahkan, ada yang hanya menerima Rp 50 ribu meski sudah menjadi mitra bertahun-tahun.
Perusahaan ride-hailing seperti Gojek dan Grab langsung buka suara mengenai kondisi tersebut. Mereka menegaskan, nominal BHR memang ditentukan dari berbagai faktor, salah satunya tingkat keaktifan driver.
Artikel ini sebelumnya telah tayang di detikOto dengan judul Pemerintah Minta Maaf ke Driver Ojol se-Indonesia, Ini Alasannya.
(sun/des)