Tenaga pengajar di Desa Lepak Aru, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, menuntut pemerataan sarana dan prasarana pendidikan. Pasalnya, dua sekolah dasar di desa tersebut, SDN 011 dan SDN 002, berada dalam kondisi memprihatinkan dengan bangunan rusak dan fasilitas tak layak pakai.
Kepala Sekolah SDN 002 Lepak Aru, Korni Njau, mengungkapkan bahwa salah satu unit bangunan sekolahnya sudah rusak parah dan tidak memiliki fasilitas toilet. Bangunan tersebut memiliki enam ruang kelas yang menampung 39 siswa dan delapan tenaga pengajar. Namun, empat ruang kelas juga dalam kondisi memprihatinkan.
"Fasilitas di kelas sudah tidak layak pakai, seperti lemari buku, bangku, dan meja belajar yang banyak rusak," ujar Korni kepada detikkalimantan, Rabu (7/5/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korni menjelaskan, sekolah yang berdiri sejak 23 tahun lalu ini mulai rusak sejak 2015. Selain mengganggu kenyamanan belajar-mengajar, fasilitas yang tidak memadai juga membahayakan keselamatan siswa.
"Kami berharap program pemerataan pendidikan dari pemerintah, seperti yang dijanjikan Presiden Prabowo, bisa menjangkau sekolah kami di pelosok," harapnya.
Sementara itu, Dani Supriansyah, tenaga pendidik di SDN 011 Peso, menggambarkan kondisi pendidikan yang jauh dari ideal. Di sekolahnya, satu ruang kelas harus digunakan oleh dua kelas secara bersamaan, seperti kelas 3 dan kelas 4 yang belajar berdampingan dengan satu guru.
"Suara antar kelompok bercampur, konsentrasi belajar jadi tantangan besar," ungkap Dani.
Akses internet sering tidak tersedia, buku pelajaran terbatas, dan siswa harus bergantian menggunakannya. Jumlah guru juga minim, sehingga satu guru kerap merangkap mengajar semua mata pelajaran dan jenjang.
Dani juga menyoroti keterbatasan anggaran Dana BOS yang tidak mampu mencukupi kebutuhan operasional.
"SPPD hanya untuk transportasi, sementara biaya makan dan penginapan ditanggung guru sendiri. Kalau Dana BOS belum cair, kami pakai dana pribadi dulu," keluhnya.
Kepala Desa Lepak Aru, William Ingan menyampaikan bahwa kedua sekolah di desanya selalu menjadi prioritas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam). Ia menyebut SDN 002 memiliki 38 siswa, tujuh guru (termasuk satu honorer, tiga P3K, dan tiga PNS), dengan satu guru yang akan pensiun tahun ini.
"Saya sudah sampaikan kondisi ini, bahkan saat kampanye kepada Bupati Sarwani, karena pendidikan dasar masih wewenang kabupaten," ujarnya.
(des/des)