174 Siswa di Sumsel Diduga Keracunan MBG, Alami Mual Muntah hingga Pusing

Regional

174 Siswa di Sumsel Diduga Keracunan MBG, Alami Mual Muntah hingga Pusing

Reiza Pahlevi - detikKalimantan
Selasa, 06 Mei 2025 17:40 WIB
Salah satu siswa terlihat lemas saat diantar ke IGD RSUD Talang Ubi PALI
Siswa diduga keracunan MBG di Sumsel. Foto: Dok. Istimewa
PALI -

Sebanyak 174 siswa di Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan (Sumsel) dilaporkan mengalami mual hingga muntah-muntah, diduga karena Makanan Bergizi Gratis (MBG). Badan Gizi Nasional menyebut penyebabnya diduga karena makanan terlalu cepat dimasak.

Dilansir detikSumbagsel, Dinas Kesehatan Sumsel melaporkan sudah ada 174 siswa yang dirawat di rumah sakit hingga Selasa (6/5). Kurang lebih ada tambahan 53 siswa dari laporan malam sebelumnya.

"Kita hari ini sudah berada di PALI, dari informasi di RSUD Talang Ubi jumlah siswa yang diduga keracunan bertambah menjadi 174 orang," ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumsel Dedy Irawan saat dikonfirmasi, Selasa (6/5/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak keluarga yang mengantar para siswa menyebutkan anak-anak mereka mengalami gejala mual, muntah, dan pusing. Untuk korban bervariasi dari tingkat PAUD hingga SMA, tetapi yang paling banyak adalah siswa SD.

"Yang masih dalam perawatan ada 8 orang dan kondisinya sudah stabil dan tinggal pemulihan saja. Sedangkan 166 siswa lainnya sudah diperbolehkan pulang. Beberapa siswa ada juga yang sudah masuk sekolah," jelasnya.

Atas kejadian ini, Pemkab PALI mengambil kebijakan untuk menyetop sementara MBG di sekolah. Deddy memastikan hari ini tidak ada makanan yang diberikan kepada siswa dari SPPG.

"Iya, Pemkab PALI hari ini menyetop sementara dari hasil kesepakatan tadi malam. Kita belum tahu untuk berapa hari ke depan penyetopannya," jelasnya.

Tanggapan BGN

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana angkat bicara terkait dugaan keracunan makan bergizi gratis (MBG) yang dialami ratusan siswa di berbagai daerah. Tak hanya PALI, tetapi juga di Tasikmalaya, Jawa Barat, serta Sukoharjo dan Batang, Jawa Tengah. Dadan menyebut hal itu lantaran masakan terlalu awal dimasak.

"Baik yang di Bandung, maupun di Tasik, maupun di PALI yang baru terjadi itu karena masakan terlalu awal dimasak dan tidak cepat untuk bisa di-deliver," jelas Dadan dilansir detikNews, Selasa (6/5/2025).

Dia mengatakan pihaknya telah memperbaiki prosedur menyikapi kasus ini. Pemilihan bahan baku juga dilakukan lebih selektif.

Untuk kasus di PALI, Dadan menyebut ikan diterima hari Jumat kemudian dimasukkan ke dalam freezer. Ikan dikeluarkan dan diolah lagi setengah matang dan kembali dimasukkan ke dalam freezer. Barulah ketika akan didistribusikan, ikan kembali diolah untuk ketiga kali.

"Dan setelah dites dalam keadaan baik, tapi terjadi di lapangan. Kami kemudian memutuskan pemilihan bahan baku harus lebih selektif, mungkin lebih fresh akan lebih baik," katanya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads