Kenapa Upacara Bendera di Sekolah Dilaksanakan Hari Senin? Ini Sejarah-Tujuannya

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Senin, 17 Nov 2025 11:48 WIB
Ilustrasi upacara bendera. Foto: Unsplash/Mufid Majnun
Jogja -

Upacara bendera hari Senin sering dianggap sebagai rutinitas biasa. Padahal, tradisi ini punya jejak sejarah panjang yang dimulai jauh sebelum Indonesia berdiri. Dari masa kerajaan, pendudukan Jepang, hingga awal kemerdekaan, kebiasaan ini terus berubah mengikuti konteks zamannya.

Di balik baris-berbaris dan pengibaran Merah Putih, ada pengaruh budaya disiplin Jepang dan dorongan kuat untuk menanamkan nasionalisme setelah Indonesia merdeka. Perjalanan sejarah inilah yang membuat upacara Senin punya tempat penting dalam dunia pendidikan hingga sekarang.

Agar lebih paham akar tradisi ini dan alasan pemerintah mewajibkannya, mari telusuri bagaimana upacara bendera berkembang, apa tujuannya, dan kenapa akhirnya dipusatkan pada hari Senin. Jangan lewatkan penjelasan berikut ini, detikers!

Poin utamanya:

  • Tradisi upacara sekolah berakar dari sejarah panjang, mulai masa kerajaan, pendudukan Jepang, hingga awal kemerdekaan.
  • Jepang membentuk budaya disiplin harian yang kemudian berubah menjadi upacara mingguan pada era Indonesia merdeka.
  • Hari Senin dipilih sebagai simbol pembuka minggu untuk menanamkan disiplin, nasionalisme, dan rasa persatuan siswa.

Kenapa Upacara Bendera di Sekolah Dilaksanakan Hari Senin?

Pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah setiap hari Senin tidak muncul begitu saja. Tradisi ini terbentuk dari proses sejarah yang panjang, mulai dari masa pendudukan Jepang di Makassar hingga masa awal kemerdekaan Indonesia.

Dari skripsi Pendidikan di Makassar pada Masa Pendudukan Jepang 1942-1945 oleh Citra Dewi Nilasari (Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin) serta skripsi Peran Pelaksanaan Upacara Bendera dalam Pembentukan Karakter Disiplin, Tanggung Jawab dan Nasionalisme Siswa Kelas I di MI NU Tholibin Tanjung Jati Kudus oleh Ela Nur Aini (Fakultas Tarbiyah, IAIN Kudus) terlihat bahwa kebiasaan upacara mingguan ini merupakan perpaduan antara budaya disiplin ala Jepang dan semangat nasionalisme Indonesia setelah merdeka.

1. Tradisi Upacara Sudah Ada Sejak Masa Kerajaan

Jika melihat lebih jauh ke belakang, pelaksanaan upacara yang melibatkan pengibaran bendera sebenarnya sudah muncul sejak masa kerajaan di Nusantara. Pada tahun 1292, ketika terjadi peperangan antara pasukan Jayakatwang dan Kertanegara, bendera merah putih sudah digunakan sebagai tanda kebesaran dan identitas pasukan.

Penggunaan bendera dalam konteks peperangan tersebut menunjukkan bahwa simbol merah putih memiliki akar historis yang panjang dalam budaya politik dan militer lokal.Di awal abad ke-20, bendera merah putih kembali muncul dalam demonstrasi para pelajar nasionalis yang menentang Belanda.

2. Upacara pada Masa Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), sekolah-sekolah di wilayah jajahan termasuk Makassar menerapkan pola kegiatan yang sangat disiplin dan bersifat militeristik. Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, seluruh murid wajib mengikuti rangkaian kegiatan yang terstruktur seperti:

  • Senam pagi taiso yang diiringi instruksi radio.
  • Upacara ala militer dengan posisi baris yang rapi.
  • Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.
  • Mengucapkan Ikrar Siswa dalam bahasa Jepang.
  • Melakukan seikerei, yaitu memberi hormat dengan membungkuk ke arah Tokyo.
  • Mengheningkan cipta (mokuto) sebelum kegiatan belajar dimulai.

Rangkaian ini dilakukan setiap hari, secara serentak, dan menanamkan disiplin yang sangat ketat pada murid maupun guru. Jepang juga mengatur unsur lain seperti rambut dicukur gundul, memakai topi anyaman, kegiatan kendorohi (kerja bakti rutin), dan baris-berbaris setiap pagi.

Kegiatan seremonial harian ini kemudian sangat mengakar dalam budaya pendidikan di Indonesia pada masa itu. Bahkan beberapa peninggalannya masih bertahan hingga sekarang, seperti senam pagi, upacara, baris-berbaris, dan kegiatan kerja bakti di lingkungan sekolah.

Budaya Jepang meninggalkan pengaruh kuat pada kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Banyak kebiasaan yang hingga kini masih bertahan, seperti budaya kerja bakti, upacara sebelum masuk sekolah, baris-berbaris, dan penggunaan topi sekolah.

Rangkaian aktivitas pagi ala Jepang ini menanamkan pola bahwa awal kegiatan harus dimulai dengan upacara atau apel, yang kelak menjadi fondasi penguatan tradisi upacara bendera di sekolah Indonesia.

2. Upacara Bendera Menjadi Sarana Nasionalisme Setelah Kemerdekaan

Setelah Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, upacara bendera menjadi simbol penting identitas bangsa. Upacara pengibaran bendera pertama dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan Suhud pada 17 Agustus 1945. Bendera yang dikibarkan adalah bendera pusaka yang dijahit oleh Fatmawati.

Setelah itu, bendera merah putih selalu dikibarkan dalam peringatan kemerdekaan dan menjadi bagian penting dalam kehidupan nasional. Upacara bendera kemudian dipakai sebagai sarana menumbuhkan rasa persatuan, menghormati perjuangan pahlawan, menanamkan nasionalisme, dan membentuk karakter disiplin generasi muda.

Karena semangat nasionalisme Indonesia pasca kemerdekaan membutuhkan wadah yang teratur dan rutin, maka upacara bendera menjadi kegiatan sekolah yang perlu dijadwalkan secara berkala.

3. Kenapa Dipusatkan Pada Hari Senin?

Pola kegiatan zaman Jepang sangat jelas: seluruh aktivitas penting dilakukan pada awal hari, sebelum kegiatan inti dimulai. Tradisi ini kemudian bertransformasi pada masa Indonesia merdeka menjadi kebiasaan melakukan kegiatan seremonial di awal pekan, bukan lagi setiap hari.

Jika Jepang mengawali setiap hari dengan upacara dan senam, Indonesia menyederhanakannya menjadi upacara bendera setiap awal minggu. Hari Senin dipilih karena merupakan pembuka seluruh kegiatan belajar selama sepekan. Pada hari inilah siswa dan guru mengawali kegiatan dengan sikap siap dan disiplin, mengingat kembali nilai nasionalisme, dan memulai minggu dengan suasana yang terarah.

Dengan demikian, akar budaya upacara bendera tidak hanya bermula dari pendudukan Jepang atau peristiwa Proklamasi, tetapi juga memiliki jejak kuat sejak masa kerajaan. Tradisi ini kemudian berkembang, diadopsi, dan dimaknai ulang dalam pendidikan modern sebagai sarana menumbuhkan nasionalisme dan identitas bangsa.

Tujuan Upacara Bendera Hari Senin

Pelaksanaan upacara bendera hari Senin tidak sekadar kebiasaan, tetapi juga diatur secara resmi oleh pemerintah. Hal ini dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah.

Dalam aturan tersebut, pemerintah menetapkan bahwa upacara bendera di sekolah wajib dilaksanakan pada pagi hari setiap hari Senin, tanggal 17 Agustus, dan pada hari-hari besar nasional lainnya. Tujuan pelaksanaan upacara dalam Permendikbud ini juga memperkuat gambaran bahwa kegiatan tersebut memiliki peran penting dalam pembentukan karakter siswa. Pemerintah menetapkannya untuk tujuan berikut.

1. Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Upacara bendera menegaskan identitas nasional dan memperkuat rasa kebangsaan di dalam diri siswa.

2. Membiasakan Sikap Tertib dan Disiplin

Unsur baris-berbaris, ketepatan waktu, serta mengikuti komando adalah bentuk latihan disiplin yang sudah menjadi bagian dari budaya pendidikan sebelumnya, termasuk yang diwarisi sejak masa Jepang.

3. Meningkatkan Kemampuan Memimpin

Petugas upacara, ketua pleton, dan pemimpin barisan dilatih mengambil peran kepemimpinan di depan seluruh siswa.

4. Membiasakan Kekompakan dan Kerja Sama

Pelaksanaan upacara tidak bisa berjalan tanpa koordinasi yang baik, mulai dari petugas sampai peserta.

5. Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab

Setiap siswa diberi peran tertentu, baik sebagai petugas maupun peserta, yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.

6. Mempertebal Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air

Pengibaran bendera Merah Putih, pembacaan teks Pancasila, hingga menyanyikan lagu kebangsaan memperkuat hubungan emosional siswa terhadap negara.

Tradisi upacara Senin bukan sekadar formalitas. Ada perjalanan sejarah, perubahan budaya, dan tujuan pendidikan yang saling bertemu di dalamnya. Dengan memahami konteksnya, kegiatan ini terasa lebih bermakna dan tidak hanya sekadar rutinitas sebelum belajar. Semoga bermanfaat, detikers!



Simak Video "Komunitas Peselancar di Bali Gelar Upacara HUT RI"

(par/ahr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork