Menguak Misteri 'Hosti Berdarah' Gereja Kidul Loji Jogja

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Sabtu, 04 Okt 2025 16:55 WIB
Potret hosti berdarah di Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius atau dikenal Gereja Kidul Loji di Jalan Panembahan Senopati, Prawirodirjan, Gondomanan, Kota Jogja, Jumat (3/10/2025). S Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Jogja -

Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius atau dikenal Gereja Kidul Loji yang terletak di Jalan Panembahan Senopati, Prawirodirjan, Gondomanan, Kota Jogja memiliki sebuah misteri. Yaitu peristiwa hosti berdarah yang terjadi 13 tahun silam.

Melansir catatan Rm B Saryanto, peristiwa tersebut terjadi saat sedang berlangsung misa atau ekaristi pada Minggu, 15 April 2012 pukul 18.00 WIB. Perayaan ekaristi tersebut dipimpin oleh Rm V Suparman.

Ketika prosesi penerimaan komuni berlangsung, tiba-tiba hosti atau roti berbentuk bundar tipis yang digunakan dalam prosesi Ekaristi itu terjatuh. Setelah dicari-cari, hosti tidak ketemu.

Usai misa berakhir, prodiakon kembali mencari hosti yang hilang tersebut. Hosti akhirnya ditemukan tak jauh dari tempat pembagian komuni. Anehnya, yang ditemukan malah gumpalan darah sebesar hosti.

Prodiakon Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius, Benediktus Satmoko, mengatakan kejadian ini menjadi sebuah misteri dan juga mukjizat. Dia menuturkan, setelah kejadian tersebut seisi ruangan lantas harum wewangian bunga.

"Bisa disebut misteri, atau juga mukjizat. Karena jika mukjizat, sepengetahuan saya ada ujinya. Apakah dengan peristiwa itu ada mukjizat yang terjadi setelahnya, itu yang jadi pertanyaan," ujar Satmoko saat ditemui detikJogja di lokasi, Jumat (3/10/2025).

"Namun, romo setelah itu memang mencium bau harum. Baunya seperti bunga kenanga dan melati. Dari ruangan itu kan tertutup, setelah dibuka romo berdua masuk, dan mencium harum itu seluruh ruangan," jelasnya.

Potret "hosti berdarah" di Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius atau dikenal Gereja Kidul Loji di Jalan Panembahan Senopati, Prawirodirjan, Gondomanan, Kota Jogja, Jumat (3/10/2025). S Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja

Satmoko yang juga menjadi prodiakon saat pembagian komuni tersebut mengaku jika ada yang berbeda saat hosti diangkat. Dia menyebut, hosti tersebut rasanya lebih berat dibandingkan hosti pada umumnya.

"Hosti itu kan seperti roti pipih, beratnya nggak seberapa ya. Tapi waktu itu rasanya berat. Remaja penerima juga membenarkan kalau itu berat, sehingga pas diterima tangan agak turun ke bawah, dan jatuh itu," ungkapnya.

Setelah sempat hilang dan akhirnya ketemu dengan bentuk gumpalan darah, Satmoko mengatakan, gumpalan darah tersebut diserahkan ke Romo Suparman. Romo Suparman lantas menggunakan purificatorium, atau kain yang biasanya digunakan untuk menyeka bibir piala, bersih untuk mengangkat gumpalan darah tersebut. Gumpalan darah ini lantas disimpan di Kapel Pasturan Kidul Loji.

"Hingga sekarang masih terjaga, Sampai sekarang masih ada bercaknya, tapi sudah memudar. Kita simpan dengan kaca sehingga tidak ada debu yang masuk. Kita selalu bersihkan secara rutin kaca tersebut," ujarnya.

Satmoko mengatakan, setelah peristiwa hosti berdarah tersebut kegiatan di gereja menjadi lebih aktif. Dia menyebut banyak hal positif di gereja setelahnya.

"Sejak peristiwa itu umat mulai berbenah, mulai penuh, dan kegiatannya mulai banyak. Kemudian kami juga membangun taman doa di sebelah gereja ini," ungkapnya.

Hingga kini, Satmoko mengatakan belum ada penelitian ilmiah terkait gumpalan darah tersebut. Namun, dia melihat peristiwa ini sebagai pengingat kepada jemaat untuk menghormati Sakramen Maha Kudus.

"Kalau penelitian belum ada hingga sekarang. Karena kejadian ini kan sebenarnya juga terjadi di beberapa tempat," katanya.

"Tapi mungkin pesan setelah adanya peristiwa ini adalah bagaimana kita menghormati Sakramen Maha Kudus. Kadang jika dilihat mungkin dari sisi umat ada yang tidak menghormati kesiapan sakramen. Harapan kami agar lebih menghormati lagi, karena dalam sakramen itu Yesus yang hadir berupa roti dan berubah menjadi darah. Garis bawahnya itu," tutupnya.



Simak Video "Video: Prosesi Langka Jejak Banon di Jogja, Cuma Ada Tiap 8 Tahun!"

(afn/apu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork