Pasar Nostalgia Surabaya, Surga Barang Antik Penuh Cerita Masa Lalu

Pasar Nostalgia Surabaya, Surga Barang Antik Penuh Cerita Masa Lalu

Jihan Navira - detikJatim
Jumat, 19 Des 2025 18:00 WIB
Pasar Nostalgia Surabaya, Surga Barang Antik Penuh Cerita Masa Lalu
Pasar Nostalgia di Surabaya (Foto: Jihan Navira/detikJatim)
Surabaya -

Surabaya selalu punya cara untuk menyimpan kenangan. Bukan hanya lewat bangunan tua atau tata kota yang penuh sejarah, tetapi juga lewat benda-benda tempo dulu yang terus dicari para kolektor.

Salah satu tempat yang menarik dikunjungi adalah Pasar Nostalgia, yang berada satu kawasan dengan Pasar Burung Bratang.

Pasar ini menjadi ruang berkumpulnya pecinta barang antik. Pasar Nostalgia seolah-olah menjadi 'ruang waktu' tersendiri yang bisa menghentikan peminatnya untuk rehat sejenak dari cepatnya kehidupan kota.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulai dari aksesoris jadul, dekorasi lawas, hingga ornamen yang sulit ditemukan di tempat lain. Namun, suasananya memiliki ritme sendiri, yang justru menjadi daya tarik tersendiri.

Secara resmi, Pasar Nostalgia beroperasi mulai pukul 12.00 WIB sampai 19.00 WIB. Namun para pedagang memiliki kebiasaan unik dalam membuka kios. Beberapa menunggu kabar dari pelanggan, sebagian lain datang lebih awal untuk sekadar merapikan barang, dan tidak sedikit yang memilih buka dari sore hingga malam.

ADVERTISEMENT

Bagi pengunjung baru, hal ini mungkin tampak membingungkan. Tapi bagi kolektor barang antik, ritme seperti ini bukan hal asing.

Menurut Cahyo (52) salah satu pedagang, jam buka yang fleksibel sering memberi pengalaman belanja lebih personal karena pedagang bisa memberi waktu lebih untuk berdiskusi, menawar, atau bercerita soal asal-usul barang.

"Ada pelanggan yang memilih datang malam, setelah jam pulang kerja. Itu biar bisa diskusi lebih lama," tutur Cahyo.

Maka tak heran jika pasar ini tidak memiliki suasana ramai seperti pasar pada umumnya.

Terlebih lagi, saat pertama kali menginjakkan kaki, bangunan ini seperti kosong tak berpenghuni. Namun, semakin pengunjung mengeksplor lebih dalam, Pasar Nostalgia ini seolah-olah membawa pengunjungnya melintasi mesin waktu.

Dentuman jam dinding model lama. Kaset-kaset dengan pembungkus yang tak lagi cerah warnanya. Hingga aktivitas kecil dari beberapa pedagang sedang membersihkan debu dari koleksinya, turut serta menyambut siapa saja yang siap membawa pulang benda yang menyimpan segudang kenangan itu.

Tak berselang lama, suasana alunan musik klasik yang terdengar samar-samar. Bahkan sempat menemui titik sunyi dari pasar ini.

"Kalau dibilang rame, ya... orangnya memang sedikit. Tapi penjualan bisa tetap jalan walaupun tak menentu. Apalagi ini barang antik, bukan kebutuhan pokok," ujar Cahyo.

Saat detikJatim berkunjung, suasana pasar justru terasa hangat anak-anak tampak berlari dan bermain bola di area dalam. Pasar ini tak hanya menjadi tempat transaksi, tetapi juga ruang sosial bagi warga sekitar.

Pasar Nostalgia di SurabayaPasar Nostalgia di Surabaya Foto: Jihan Navira/detikJatim

"Kita biasa main bola di sini. Dari aku kelas 1 SD," kata seorang anak yang kini duduk di bangku kelas 4.

Para pedagang mengakui, anak-anak biasanya berhenti bermain ketika kios-kios mulai dibuka lebih banyak. Menurut pengakuan dari beberapa pedagang, aktivitas spontan seperti ini kadang membuat pedagang waspada untuk menjaga barang.

Di sisi lain, hal ini turut menunjukkan bahwa Pasar Nostalgia merupakan bagian dari kehidupan warga sekitar, bukan sekadar area komersial.

Adapun bangunan pasar terlihat kokoh dan memiliki karakter arsitektur lama yang memberi kesan vintage, selaras dengan barang-barang yang dijual di dalamnya.

Meski beberapa sudut terlihat membutuhkan sentuhan perawatan, beberapa pengunjung yang sempat ditemui detikJatim menganggap ini sebagai peluang besar.

Misalnya Muhammad Shahril (36) pengunjung mancanegara asal Singapura ini turut membagikan pengalamannya saat pertama kali berkunjung ke Pasar Nostalgia.

"Baru saja sampai pagi tadi, sebab saya datang ke pernikahan, sekalian datang ke sini. Karena saya lagi cari vinyl kan di Surabaya, jadi di sosmed disarankan untuk ke sini lah. Ada teman Surabaya juga saya kan, diantar ke sini," ujar Shahril.

Kunjungannya ke Pasar Nostalgia ini tak membuatnya pulang dengan tangan kosong. Ia terlihat membawa beberapa vinyl hasil buruannya.

"Saya lagi cari single kan, single ni kayak susah gitu, rare kan. Genre-nya juga apa yang saya mau lah, 60-an. Satu dua cukup lah," terang Shahril.

Ia pun mengatakan bahwa mungkin orang biasa akan menganggap ini sebagai sampah atau yang ia sebut dengan 'junk', tapi bagi dia ini adalah 'treasure' atau harta karun.

Rupanya, Shahril sudah tertarik dengan lagu-lagu klasik sejak ia kecil. Keakrabannya itu membuat ia senang mengoleksi vinyl.

Selain itu, ia mengungkapkan tidak ada masalah dengan kondisi gedung yang kurang terawat. Walaupun hanya di kios-kios yang masih berpenghuni saja yang tampak ciamik dengan gudang masa lalunya, Shahril mengatakan jika hal ini tidak mengganggu nilai dari barang yang ada di dalam Pasar Nostalgia ini.

"Kayak lama kan, saya fine aja. Menyatu sama konsep nostalgia. Tapi kalau boleh dibaiki, lampunya itu ditambah soalnya gelap kan. Macam itu lah, lebih ramai anak muda akan datang kan?" tutur Shahril.

Dengan sedikit pembenahan pada pencahayaan, kebersihan, dan penataan area, Pasar Nostalgia berpotensi menjadi destinasi wisata barang antik yang lebih tertata dan menarik, sekaligus melanjutkan tradisi kota dalam merawat sejarah.

Pedagang saat ini pun berinisiatif membawa lampu tambahan agar kios tetap nyaman dikunjungi meski pencahayaan umum belum optimal. Tak terkecuali, pedagang yang masih aktif juga selalu membersihkan areanya sendiri.




(auh/hil)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads