Candi Jawi menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menawarkan pengalaman edukatif sekaligus menenangkan. Terletak di kaki Gunung Welirang, Kabupaten Pasuruan, situs peninggalan masa Kerajaan Singhasari ini menghadirkan suasana yang asri dengan latar pemandangan alam pegunungan yang menyejukkan.
Keunikan arsitektur Candi Jawi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Perpaduan gaya Hindu dan Buddha tampak jelas pada relief, struktur bangunan, hingga bentuk menara yang menjulang tinggi. Dengan nuansa alam yang masih terjaga, Candi Jawi kerap dikunjungi wisatawan, baik dari dalam maupun luar daerah, yang ingin menikmati wisata sejarah sekaligus refleksi spiritual.
Mengenal Candi Jawi Pasuruan
Melansir dari akun Instagram @diskominfokabpas, Candi Jawi juga dikenal dengan sebutan Jajawa. Candi ini berlokasi di lereng Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Bangunan bersejarah ini diperkirakan dibangun sejak abad ke-13 Masehi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kompleks Candi Jawi Pasuruan Foto: Muhajir Arifin |
Candi Jawi merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari yang didirikan oleh Raja Kertanegara, raja terakhir Singhasari. Pada awalnya, candi ini dibangun sebagai tempat pendharmaan atau penyimpanan abu jenazah Raja Kertanegara. Seiring berjalannya waktu, Candi Jawi berkembang menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik sekaligus sarat nilai budaya.
Meski lokasinya cukup jauh dari pusat Kerajaan Singhasari, kawasan ini dipilih karena masyarakat setempat pada masa itu dikenal setia menganut ajaran Siwa-Buddha. Secara arsitektural, bangunan Candi Jawi tampak ramping dan menjulang dengan tinggi sekitar 24 meter. Struktur candi terdiri atas tiga bagian utama, yakni kaki, tubuh, dan atap.
Wisatawan berpose di depan Candi Jawi Foto: Muhajir Arifin/detikJatim) |
Ketiga bagian tersebut memiliki makna filosofis mendalam. Kaki candi melambangkan dunia manusia yang penuh nafsu, tubuh candi merepresentasikan perjalanan menuju pencerahan, sementara atap berbentuk stupa melambangkan kesucian spiritual tertinggi.
Material bangunan Candi Jawi tersusun dari batu andesit berwarna gelap di bagian bawah dan batu berwarna putih di bagian atas. Dinding candi dihiasi relief yang mengisahkan cerita Ramayana dan Mahabharata, mencerminkan kedalaman spiritual dan budaya masyarakat pada masa itu.
Candi Jawi dalam Lintasan Sejarah
Candi Jawi berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Kertanegara (1268-1292), saat Kerajaan Singhasari menghadapi tantangan besar berupa politik ekspansi Raja Kubilai Khan dari Cina. Untuk menghadapi tekanan tersebut, Kertanegara melakukan konsolidasi politik, baik ke dalam maupun ke luar kerajaan.
Potret Candi Jawi Pasuruan Foto: Muhajir Arifin |
Dalam bidang keagamaan, konsolidasi ini juga dilakukan. Jika Raja Kubilai Khan menganut agama Buddha, maka Raja Kertanegara mengikatkan diri pada ajaran Buddha Tantrayana sebagai bentuk penguatan spiritual dan politik. Upaya ini membuat Singhasari tidak gentar menghadapi ancaman dari utara.
Meski berbagai upaya telah dilakukan, sejarah mencatat bahwa keruntuhan Singhasari justru datang dari dalam negeri sendiri. Pada masa Kerajaan Majapahit, Candi Jawi sempat dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk dalam perjalanannya mengelilingi wilayah Jawa Timur, sebagaimana tercatat dalam naskah kuno.
Pemugaran Candi Jawi
Candi Jawi telah beberapa kali mengalami proses pemugaran. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1938-1941 pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Namun, proses perbaikan tersebut belum sepenuhnya rampung.
Selanjutnya, pada tahun 1975, Pemerintah Indonesia kembali melanjutkan proses pemugaran yang kemudian rampung pada awal 1980-an. Candi Jawi dibangun di atas lahan berukuran sekitar 40 x 60 meter dan dikelilingi pagar bata setinggi 2 meter. Di luar pagar tersebut terdapat parit dengan lebar kurang lebih 3,5 meter.
Gaya Khas Arsitektur Candi Jawi
Melihat lebih dekat arsitektur Candi Jawi Pasuruan Foto: Muhajir Arifin |
Candi Jawi mengusung gaya arsitektur Hindu-Buddha dengan pahatan relief yang rumit dan detail. Pada sisi tangga menuju pintu masuk candi yang tidak terlalu lebar, bagian kiri dan kanan dihiasi pahatan yang halus dan penuh makna.
Hiasan pahatan tampak pada bagian ambang pintu hingga dasar atap, berupa ornamen kalamakara dengan taring, rahang bawah, serta hiasan rambut yang menjadi ciri khas arsitektur candi pada masa Singhasari.
Daya Tarik Wisata Candi Jawi
Beberapa daya tarik utama Candi Jawi yang membuatnya layak dikunjungi, antara lain:
Panorama alam pegunungan dari Candi Jawi Pasuruan Foto: Muhajir Arifin |
Arsitektur Hindu-Buddha
Perpaduan corak Hindu dan Buddha terlihat jelas, mulai dari kaki candi yang dihiasi relief Ramayana hingga badan candi dengan relief Kalpataru.
Panorama Alam Pegunungan
Latar Gunung Welirang yang menjulang di belakang candi serta pepohonan hijau di sekitarnya menciptakan suasana sejuk dan menenangkan.
Pentas Seni Bulan Purnama
Pada malam bulan purnama tertentu, digelar pentas seni tari yang mengisahkan legenda asal-usul Candi Jawi, menambah nilai budaya dan daya tarik wisata.
Fasilitas di Candi Jawi
Untuk menunjang kenyamanan pengunjung, Candi Jawi dilengkapi dengan berbagai fasilitas, di antaranya:
- Area parkir yang luas
- Toilet umum yang bersih
- Pusat suvenir
- Layanan pemandu wisata
- Masjid di sekitar area candi
- Warung makan dengan harga terjangkau
Candi Jawi di Pasuruan peninggalan Kerajaan Singasari Foto: (Muchammad Irfan/d'Traveler) |
Harga Tiket Masuk Candi Jawi
Wisatawan tidak dikenakan tiket masuk untuk mengunjungi Candi Jawi. Pengunjung hanya perlu membayar biaya parkir, yakni Rp 2.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 5.000 untuk kendaraan roda empat.
Bagi wisatawan yang ingin menggunakan jasa pemandu wisata, tarif yang dikenakan berkisar Rp 50.000 per sesi. Dengan biaya tersebut, pengunjung dapat menikmati penjelasan sejarah dan filosofi Candi Jawi secara lebih mendalam.
Tips Berwisata ke Candi Jawi
Sebelum berkunjung, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan:
- Gunakan pakaian yang sopan dan nyaman
- Datang pada pagi atau sore hari untuk menghindari cuaca panas
- Membawa air minum, topi, atau payung
- Patuhi aturan dan tata tertib di area candi
- Luangkan waktu untuk menjelajahi setiap sudut candi dan mengamati detail reliefnya
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/ihc)

















































